Ditambah lagi, spekulasi pasar menyebabkan banyak pelaku usaha dan individu menimbun beras dengan harapan harga akan terus naik.
"Sebagian masyarakat kini memperlakukan beras sebagai aset investasi," ujar Masayuki Ogawa, Asisten Profesor Ekonomi Pertanian di Universitas Utsunomiya.
Baca Juga:
Pedagang Jual Beras di Atas HET, Satgas Pangan Polda Metro Bakal Tindak
Untuk menghindari krisis serupa di masa depan, pemerintah Jepang merencanakan peningkatan ekspor beras hingga delapan kali lipat menjadi 350 ribu ton pada 2030 sebagai strategi diversifikasi produksi dan stabilisasi pasokan dalam negeri.
Rencana ini akan dimasukkan dalam kebijakan dasar pangan dan pertanian yang diperbarui setiap lima tahun.
Sejak 2024, Jepang telah mengalokasikan lahan pertanian untuk produksi beras non-konsumsi utama, seperti pakan ternak dan ekspor, dengan target produksi 1,2 juta ton.
Baca Juga:
Ilmuwan China Ciptakan Padi Bernutrisi Unik untuk Jaga Kesehatan Jantung
Pemerintah juga berupaya menekan biaya produksi dari 11.350 yen menjadi 9.500 yen per 60 kilogram guna meningkatkan daya saing terhadap beras impor.
Tekanan dari AS
Di sisi lain, kebijakan tarif beras Jepang mendapat sorotan dari Amerika Serikat.