Perlambatan kritis ini dapat dilihat sebagai melemahnya daya pemulihan yang biasanya membawa sistem kembali ke keseimbangannya setelah menerima gangguan.
"Ketika suatu sistem mungkin tampak stabil jika hanya mempertimbangkan kondisi rata-ratanya, melihat lebih dekat pada data dengan metode statistik yang inovatif dapat mengungkapkan hilangnya daya tahan," kata Chris Boulton dari Global Systems Institute of the University of Exeter, seperti dikutip dari Potsdam Institute for Climate Impact Research, Rabu (9/3/2022).
Baca Juga:
Pesawat yang Ditumpangi Wapres Malawi Hilang, Diduga Jatuh di Hutan
Daerah yang lebih kering ternyata lebih berisiko daripada yang lebih basah. Faktor lainnya adalah jarak suatu wilayah dengan jalan raya dan pemukiman penduduk dimana masyarakat dapat mengakses hutan. Data menegaskan bahwa daerah yang dekat dengan penggunaan lahan manusia lebih terancam.
"Analisis baru kami terhadap data empiris membawa bukti tambahan terhadap kekhawatiran tentang ketahanan hutan, terutama dalam waktu dekat," kata Tim Lenton, Director of the Global Systems Institute. "Ini menegaskan bahwa sangat membatasi penebangan, dan juga membatasi emisi gas rumah kaca global, diperlukan untuk melindungi Amazon." [qnt]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.