WahanaNews.co, Jakarta - Setidaknya 11 warga Myanmar di negara bagian Shan utara tewas usai serangan udara junta militer menghantam dua area di Namhkam.
Juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Ta'ang, Lway Yay Oo, mengatakan 11 orang juga terluka akibat serangan tersebut.
Baca Juga:
Mengenal C-130J Super Hercules, Pesawat Angkut Baru yang Bakal Perkuat TNI-AU
"Mereka mengebom dua wilayah di Namhkam," kata Lway Yay Oo, seperti dikutip The Straits Times.
Lway Yay Oo berujar serangan itu dilancarkan pada Jumat (6/9) dini hari sekitar pukul 01.00 waktu setempat. Kantor partai politik lokal pun rusak karena serangan.
Menurut kelompok bersenjata etnis minoritas tersebut, korban tewas antara lain lima laki-laki, empat perempuan, dan dua anak-anak.
Baca Juga:
Peringatan Kemerdekaan, Junta Myanmar Akan Bebaskan 7.000 Tahanan
Namhkam berjarak sekitar 5 kilometer dari perbatasan China, tepatnya Provinsi Yunnan. Wilayah ini dikendalikan TNLA sejak 2023 usai bertempur berminggu-minggu dengan junta militer.
TNLA berhasil merebut komando militer regional junta dan mengambil alih kendali perlintasan perdagangan perbatasan yang penting.
Awal pekan ini, kepala junta Min Aung Hlaing memperingatkan warga sipil di wilayah TNLA untuk bersiap menghadapi serangan balasan junta.
Seiring dengan itu, junta mengumumkan bahwa pihaknya telah memasukkan TNLA ke dalam daftar organisasi teroris.
Karenanya, mereka yang kedapatan mendukung atau menghubungi TNLA dan dua kelompok bersenjata etnis minoritas lainnya yakni Tentara Arakan dan Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar bisa dihukum.
Sejak 2021, situasi di Myanmar kacau usai junta militer menggulingkan pemerintahan Aung San Suu Kyi. Militer juga menindak keras orang-orang yang melakukan pemberontakan bersenjata.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, konflik ini telah mengakibatkan lebih dari 2,7 juta warga Myanmar mengungsi dan meninggalkan rumah mereka.
[Redaktur: Alredo Gultom]