Dalam pernyataan resminya, Islamabad menegaskan bahwa air adalah kepentingan vital nasional dan merupakan sumber kehidupan bagi 240 juta rakyat Pakistan.
Pekan sebelumnya, kedua negara sempat mencapai kesepakatan gencatan senjata setelah serangkaian bentrokan yang dipicu oleh serangan teroris di Kashmir menewaskan 26 orang.
Baca Juga:
China dan Pakistan Kutuk Keras Serangan Israel ke Iran: Pelanggaran Kedaulatan!
Namun, ketegangan tetap tinggi seiring India mempertimbangkan langkah-langkah pembalasan lebih lanjut, termasuk peningkatan pengambilan air dari sistem Sungai Indus.
Perdana Menteri Narendra Modi dikabarkan telah menginstruksikan para pejabat untuk mempercepat perencanaan proyek pengelolaan air di Sungai Chenab, Jhelum, dan Indus.
Di bawah kerangka Perjanjian Air Indus 1960, Pakistan memiliki hak utama atas Sungai Indus dan anak-anak sungainya, sementara India diperbolehkan memanfaatkan sungai-sungai bagian timur seperti Ravi, Sutlej, dan Beas. Infrastruktur bendungan besar India, termasuk Bhakra Nangal, menjadi elemen penting dalam sistem pengelolaan air nasionalnya.
Baca Juga:
Pakistan Kehilangan Dukungan di DK PBB, India Lanjutkan Manuver Diplomatik
Pakistan sendiri sangat rentan terhadap ketidakpastian aliran sungai ini. Sistem pertaniannya yang rapuh masih belum pulih dari dampak banjir besar tahun 2022 yang menghancurkan lahan pertanian dan hewan ternak dalam skala masif.
Dalam konteks ini, Bendungan Mohmand dirancang sebagai fasilitas serbaguna yang mampu membangkitkan listrik hingga 800 megawatt, mengendalikan banjir, menyediakan irigasi, dan menyuplai hingga 300 juta galon air minum setiap hari ke ibu kota provinsi, Peshawar.
China telah menjadi mitra dekat Pakistan selama lebih dari tujuh dekade. Dalam kerangka Koridor Ekonomi China-Pakistan atau China-Pakistan Economic Corridor (CPEC), Beijing telah menggelontorkan investasi miliaran dolar untuk proyek-proyek infrastruktur strategis, termasuk pembangunan Bendungan Diamer-Bhasha di aliran Sungai Indus.