Meski mendukung Pakistan secara ekonomi dan strategis, China mengambil langkah hati-hati dalam menyikapi konflik yang memanas.
Beijing mendesak kedua negara untuk menahan diri dan menjaga stabilitas regional. Namun, dengan mempercepat proyek bendungan, China juga menunjukkan bahwa komitmennya terhadap Pakistan tetap kuat dan tak tergoyahkan.
Baca Juga:
China dan Pakistan Kutuk Keras Serangan Israel ke Iran: Pelanggaran Kedaulatan!
Menurut Dr. Asif Shuja, peneliti senior di Institute of South Asian Studies, National University of Singapore, ancaman India atas Sungai Indus mencerminkan perubahan drastis dalam cara New Delhi memandang tekanan diplomatik.
Ia menyebut bahwa air kini telah menjadi alat tawar yang setara dengan instrumen militer. “India tengah menguji batas dari diplomasi air.
Ini bukan sekadar reaksi terhadap serangan teror, melainkan bagian dari tekanan sistematis terhadap Pakistan untuk merombak kebijakan keamanan lintas batasnya,” kata Shuja.
Baca Juga:
Pakistan Kehilangan Dukungan di DK PBB, India Lanjutkan Manuver Diplomatik
Ia memperingatkan bahwa jika air digunakan sebagai senjata politik, risiko konflik terbuka akan meningkat signifikan.
Sementara itu, Prof. Ayesha Jalal, sejarawan dan pakar hubungan India-Pakistan dari Tufts University, menilai bahwa langkah India mencabut perjanjian air lama adalah sinyal bahwa fondasi perdamaian yang tersisa di antara kedua negara tengah rapuh.
“Perjanjian Air Indus selama ini dianggap sebagai satu-satunya warisan damai yang bertahan sejak pecahnya India dan Pakistan. Jika itu diganggu, maka kita benar-benar berada di wilayah yang berbahaya,” ujarnya.