Perbedaan varian corona hadir dari proses mutasi virus
tersebut. Mutasi sendiri sebenarnya adalah hal yang wajar dalam kehidupan semua
organisme. Mutasi dapat dipahami sebagai perubahan urutan genetika. Dalam kasus
virus corona, mutasi terjadi saat mereka hendak memperbanyak diri (replikasi)
di sel manusia.
Sebelum kasus di Belgia muncul, para ilmuwan telah menemukan
infeksi dua varian corona sekaligus sejak Januari 2021 di Brasil. Dalam laporan
yang di-posting di situs pra-publikasi ilmiah MedRxiv pada Kamis (26/1), para
peneliti setidaknya menemukan dua pasien yang mengalami infeksi dua varian
corona sekaligus.
Baca Juga:
Dr. Elizabeth Yasmine Wardoyo: Nyeri Pinggang Bukan Pertanda Gagal Ginjal
"Kami adalah orang
pertama yang mengidentifikasi dua peristiwa koinfeksi independen yang
disebabkan oleh terjadinya B.1.1.28 (E484K) dengan garis keturunan B.1.1.248
atau B.1.91," aku para peneliti dalam laporan mereka, yang belum ditinjau oleh
rekan sejawat ilmuwan lain.
Kedua pasien tersebut, kata peneliti, berusia 30-an tahun.
Gejala mereka dilaporkan ringan, dengan batuk kering pada satu kasus, serta
batuk, sakit tenggorokan, dan sakit kepala pada kasus kedua. Keduanya tidak
membutuhkan rawat inap.
Meski demikian, dua kasus infeksi ganda di Brasil belum
dipublikasi di jurnal ilmiah. "Hingga saat ini, belum ada kasus lain yang
dipublikasikan," tutur Vankeerberghen.
Baca Juga:
Pj Wali Kota Tangerang Minta RSUD Tangani Kasus Kompleks Tanpa Rujukan Eksternal
Seberapa sering infeksi dua varian corona sekaligus? Apa
dampaknya?
Hingga saat ini, para ilmuwan masih sulit menjelaskan
seberapa sering terjadinya infeksi dua varian corona sekaligus. Menurut
Vankeerberghen, jumlahnya mungkin lebih banyak daripada yang para ilmuwan
laporkan.
"Kemunculan global
dari fenomena ini mungkin diremehkan karena pengujian terbatas untuk varian
yang menjadi perhatian dan kurangnya cara sederhana untuk mengidentifikasi
koinfeksi dengan sekuensing seluruh genom," katanya.