WahanaNews.co, Jakarta - Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) menyatakan bahwa investor asing telah memulai proses investasi di wilayah ibu kota baru. Namun, karena melalui seleksi ketat sebelum dapat terlibat, proses penyaluran dananya belum terjadi.
Deputi Bidang Pendanaan dan Investasi Otorita Ibu Kota Nusantara, Agung Wicaksono, menjelaskan bahwa investor asing harus melalui tahapan seleksi dan memenuhi persyaratan yang sesuai dengan kebutuhan di IKN sebelum terlibat dalam pembangunan.
Baca Juga:
Destinasi Hits Terbaru Indonesia, 5.000 Wisatawan Serbu IKN Setiap Hari
"Memang ada mekanisme seleksi. Mereka harus dievaluasi, feasibility study atau studi kelayakannya. Kemudian nanti akan dilakukan tender untuk kemudian nanti ditetapkan mana yang memang terbaik. Dan baru kemudian nanti akan ada perjanjian dan dibangun," kata Agung saat konferensi pers secara daring, Jumat (29/12/2023).
Adapun sejumlah investor asing yang sudah memasuki tahap studi kelayakan atau feasibility study (FS) di antaranya investor yang berminat membangun hunian para aparatur sipil negara atau ASN maupun aparat keamanan dan pertahanan.
Yang paling maju ialah investor dari China, yakni CITIC Construction yang ingin membangun 60 tower hunian Kementerian Pertahanan dan Keamanan. Perusahaan ini paling maju proses investasinya karena sudah masuk proses evaluasi FS.
Baca Juga:
Prabowo Lantik Basuki Hadimuljono sebagai Kepala OIKN
"Mereka paling cepat karena memang sudah mulai sejak akhir 2022. Feasibility study sudah selesai dan sekarang dalam fase evaluasi FS oleh konsultan independen yang di deploy Kementerian Keuangan melalui skema Project Development Facility. Dan nantinya baru proses dilelang," ucapnya.
Lalu, juga ada dua investor dari Malaysia, yakni Maxim dan IJM, masing-masing membangun 10 tower ASN dan 20 tower ASN. Investor dari Malaysia ini masih masuk ke tahap penyelesaian FS dengan target selesai akhir tahun ini dan kalau tidak diperpanjang dalam waktu 2-3 bulan ke depan.
Investor asing ini masuk menggunakan skema kerjasama pemerintah dengan badan usaha atau KPBU. Selain mereka ada investor dalam negeri yang membangun hunian baik bagi ASN maupun umum, seperti Summarecon untuk 6 tower ASN, Trinitiland 8 tower ASN, PT Nindya Karya 8 tower ASN, Intiland 109 townhouses, Ciputra 10 tower dan 20 townhouse, serta Rockfields.
Mereka semua masuk ke dalam bagian inisiator pembangunan hunian 166 tower dan 159 rumah tapak di IKN dengan indikasi nilai belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai Rp 55 triliun untuk pembangunan tahun depan.
"Yang sifatnya KPBU dalam proses dan ini andalan kita untuk 2024. Ini tentu dengan proses sesuai prinsip GCG (good corporate governance) ada Rp 55 triliun," ucap Agung.
Selain untuk proyek hunian, investor asing juga akan masuk ke enam kategori proyek inisiatif IKN sebagai kota cerdas. Yang sudah tertarik masuk di antaranya investor dari Korea Selatan, Amerika Serikat, Prancis, China, Jerman, serta Finlandia.
Mereka akan diseleksi untuk transfer teknologi membangun sistem perkotaan, seperti smart managements untuk gedung dan berbagai fasilitas, air, sampah, dan energi. Lalu layanan pemerintah seperti e-citizen platform, centralized public database, hingga data driven urban planning.
Ada pula untuk akses dan mobilitas seperti smart rail dan bus management, integrated mobility platform, smart parking management, real time traffic management. Untuk keselamatan dan keamanan seperti smart security maupun augmented surveillance, hingga smart public lightning.
Mereka juga akan diberikan ruang untuk masuk dalam pengelolaan lingkungan dan keberlanjutan, hingga livability dan urban life seperti untuk layanan kesehatan, pandemic management, urban comfort technology, maupun housing affordability.
"Jadi selain untuk hunian, yang juga kita butuhkan untuk para investor internasional, itu adalah untuk teknologi yang membangun smart city," tutur Agung.