WahanaNews.co | Iran menyambut baik upaya diplomatik demi menghidupkan kembali pakta nuklir 2015 dengan negara-negara besar.
Respons positif ditunjukan Teheran satu hari setelah Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Josep Borrell mengusulkan teks baru untuk memulihkan perjanjian.
Baca Juga:
Kemendag Ajak Eksportir Melek Kebijakan Karbon di Negara Tujuan Ekspor
"Iran menyambut baik kelanjutan diplomasi dan negosiasi," tulis media pemerintah Iran mengutip Menteri Luar Negeri Hossein Amir-Abdollahian, dilansir Reuters, Kamis 28 Juli 2022. Ia sebelumnya berkomunikasi dengan Borrell melalui telepon.
"Amerika Serikat selalu menyatakan bahwa ia menginginkan kesepakatan, jadi pendekatan ini harus dilihat dalam kesepakatan dan praktik," ujar Amir-Abdollahian menambahkan. Ia sendiri tidak menjelaskan apa maksud pernyataannya.
Borrell pada Selasa, 26 Juli 2022, mengatakan telah mengusulkan rancangan teks baru untuk menghidupkan kembali kesepakatan 2015.
Baca Juga:
Uni Eropa Berlakukan Tarif Tinggi Mobil Listrik Buatan China
Usulannya termasuk mengekang Iran menjalankan program nuklirnya dengan imbalan mencabut sanksi ekonomi.
"Saya sekarang telah meletakkan di atas meja sebuah teks yang membahas, dengan detail yang tepat, pencabutan sanksi serta langkah-langkah nuklir yang diperlukan untuk memulihkan JCPOA," tulis Borrell dalam sebuah esai di Financial Times.
Merujuk pada Joint Comprehensive Plan of Action. JCPOA adalah Joint Comprehensive Plan of Action yang dikenal pula dengan sebutan kesepakatan nuklir Iran.
"Setelah 15 bulan negosiasi yang intens dan konstruktif di Wina dan interaksi yang tak terhitung jumlahnya dengan peserta JCPOA dan Amerika Serikat, saya telah menyimpulkan bahwa ruang untuk kompromi tambahan yang signifikan telah habis," tuturnya menambahkan.
Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengingkari kesepakatan pada 2018. Ia menerapkan kembali sanksi AS, yang mendorong Iran untuk melanggar batas nuklir kesepakatan.
Kesepakatan JCPOA bertujuan untuk mempersulit Iran mengumpulkan bahan untuk senjata nuklir. Iran membantah dengan mengatakan program atomnya adalah untuk tujuan damai.
Pada Selasa, Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat mengatakan sedang meninjau proposal Borrell dan akan menanggapi Uni Eropa.
Borrell mengatakan kesepakatan di atas meja yang dia tawarkan mencerminkan kehendak semua pihak untuk memastikan keberlanjutannya, termasuk komitmen Presiden Joe Biden dan jaminan AS dalam hal ini.
Presiden AS Joe Biden, seperti dalam pernyataan Gedung Putih Oktober 2021, berkomitmen agar AS kembali mematuhi JCPOA selama Iran melakukan hal yang sama. [rin]