Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant pun merespons dengan nada keras. Ia bersumpah akan membalas “tujuh kali lebih dahsyat” kepada siapa pun yang mencoba melukai Israel.
Sementara itu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu langsung mengadakan pertemuan darurat dengan jajaran militer dan keamanan tinggi untuk merumuskan respons yang sesuai.
Baca Juga:
Serangan Hipersonik ‘Palestina 2’ Tembus Pertahanan Israel, Yaman Nyatakan Perang Terbuka
Langkah Houthi mendapat sambutan dari Hamas, yang menyatakan dukungan terhadap serangan itu.
Kedua kelompok ini dikenal sebagai bagian dari “poros perlawanan” yang mendapat dukungan dari Iran dan sama-sama memusuhi Israel serta sekutunya di Barat.
Sejak konflik besar antara Israel dan Hamas pecah pada akhir 2023, Houthi secara aktif terlibat dalam serangan solidaritas, termasuk peluncuran rudal dan drone ke wilayah Israel, serta gangguan terhadap kapal kargo di Laut Merah.
Baca Juga:
Houthi Akui Secara Terbuka Targetkan Kapal Induk AS USS Harry S. Truman di Laut Merah
“Koordinasi antara kelompok seperti Houthi dan Hamas menunjukkan bahwa Israel kini menghadapi ancaman multifront yang lebih kompleks dari sebelumnya,” ujar Brigjen (Purn.) Nitzan Alon, mantan pejabat intelijen militer Israel.
Setelah jeda singkat serangan pada Januari 2025 akibat gencatan senjata di Gaza, Houthi kembali aktif sejak pertengahan Maret ketika Israel melanjutkan operasi militernya.
Serangan pada 3 Mei ini adalah serangan ketiga dalam dua hari terakhir yang diklaim oleh Houthi, tanda bahwa babak baru eskalasi tengah dimulai.