WAHANANEWS.CO, Jakarta - Di tengah memuncaknya ketegangan global akibat konflik Iran-Israel, Amerika Serikat akhirnya angkat bicara soal motif serangan ke Iran yang mengejutkan dunia.
Wakil Presiden JD Vance memastikan bahwa langkah militer tersebut bukan bentuk intervensi dalam konflik regional, melainkan murni untuk melumpuhkan ancaman nuklir yang dinilai berbahaya bagi stabilitas global.
Baca Juga:
Bukan Bom Biasa, Inilah Senjata Monster AS yang Remukkan Fasilitas Nuklir Bawah Tanah Iran
“Keterlibatan kami saat ini adalah upaya yang sangat terfokus untuk menghilangkan ancaman dari program nuklir Iran. Ini akan terus menjadi tujuan utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat, dan tujuan inilah yang akan mendorong langkah-langkah kami dalam beberapa minggu dan bulan ke depan,” ujar Vance dalam wawancara eksklusif bersama program “This Week” di ABC News, dikutip Minggu (22/6/2025).
Vance menegaskan bahwa Presiden Donald Trump masih berpegang teguh pada prinsip non-intervensionisme yang menjadi janji utama saat kampanye pemilu 2024 lalu.
“Saya rasa presiden telah sangat jelas bahwa kami tidak tertarik untuk terlibat dalam konflik jangka panjang di Timur Tengah,” tegasnya.
Baca Juga:
USS Nimitz Tiba-tiba Hilang Sinyal di Perairan RI, Ini Respons TNI AL
Meski demikian, Vance menekankan bahwa perdamaian di kawasan tidak bisa dicapai dengan kelembutan.
“Ada pertanyaan tentang bagaimana mencapai perdamaian. Kami percaya bahwa cara mencapainya adalah melalui kekuatan,” ujarnya, menanggapi kecemasan dari para pendukung Trump yang dikenal menolak aksi militer luar negeri.
Ia juga menolak anggapan bahwa langkah ini membuka jalan bagi keterlibatan militer berskala besar. Menurutnya, operasi tersebut sangat terbatas dan diarahkan secara strategis.
“Kami mengambil pendekatan yang sangat sempit dan terbatas untuk menghancurkan program nuklir Iran,” katanya.
Vance percaya, inilah cara paling efektif untuk menghindari perang besar.
“Saya pikir justru itulah yang akan memastikan resolusi damai di kawasan tersebut. Anda tidak bisa bersikap lemah. Anda tidak bisa hanya duduk diam dan membiarkan Iran memiliki senjata nuklir.”
Merespons kritik dari kalangan pendukung Make America Great Again (MAGA) yang menganggap keputusan ini bertentangan dengan janji kampanye, Vance menegaskan bahwa kekhawatiran itu tidak berdasar.
“Presiden, lebih dari siapa pun, khawatir tentang keterlibatan militer jangka panjang. Dan itu bukan yang sedang kami lakukan,” tutupnya.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]