WAHANANEWS.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggarisbawahi perlunya perubahan dalam arah dan visi pembangunan global untuk mencapai hasil yang lebih adil dan inklusif, terutama bagi negara-negara berkembang.
Saat membuka Indonesia-Africa Forum Ke-2 di Hotel Mulia Nusa Dua, Bali, pada Senin (2/9/2024), Jokowi menyoroti tantangan global seperti perlambatan ekonomi, pengangguran, inflasi, serta ketegangan geopolitik yang berdampak luas pada kehidupan global dan rantai pasok.
Baca Juga:
Jokowi Dijadwalkan Kampanye di Bali untuk De Gadjah Hari Ini, 22 November
"Dalam situasi ini, kita membutuhkan arah, visi, strategi, serta langkah-langkah taktis baru untuk mencapai pembangunan yang lebih adil dan inklusif bagi negara berkembang," ujarnya melalui jaringan Sekretariat Presiden di Jakarta.
Jokowi menekankan bahwa kondisi saat ini justru memperlihatkan penurunan solidaritas internasional dan meningkatnya fragmentasi, yang pada akhirnya merugikan negara-negara berkembang.
"Namun, sangat disayangkan bahwa solidaritas internasional justru menurun pada saat seperti ini, semangat multilateralisme semakin terabaikan, dan fragmentasi semakin meluas," katanya.
Baca Juga:
Dua Pekan Menjelang Pilkada Jakarta, Pasangan Calon Berebut Dukungan Jokowi-Anies
Dia juga menekankan bahwa banyak rakyat di negara-negara berkembang sedang menghadapi kesulitan serius, sementara target Sustainable Development Goals (SDGs) masih jauh dari tercapai dengan hanya 17 persen yang diraih menjelang 2030.
Pernyataan Jokowi ini menjadi momentum untuk mencari solusi kolektif dan inovatif guna mengatasi tantangan global dan mencapai kemajuan yang lebih merata.
Sementara itu, sejumlah pemimpin negara-negara Afrika hadir dalam Forum Tingkat Tinggi Kemitraan Multipihak (HLF MSP) dan Forum Indonesia-Afrika (IAF) ke-2, yang diadakan di Nusa Dua, Bali, pada 1-3 September 2024.
Di antaranya adalah Presiden Republik Ghana Nana Addo Dankwa Akufo-Addo, Presiden Republik Rwanda Paul Kagame, Presiden Republik Liberia Joseph Nyuma Boakai, Perdana Menteri Eswatini Russell Mmiso Dlamini, Perdana Menteri Republik Demokratik Timor Leste Kay Rala Xanana Gusmão, dan Wakil Presiden Republik Zimbabwe Kembo Dugish Campbell Muleya Mohadi.
[Redaktur: Amanda]