Junta juga mengatakan Min Aung Hlaing akan melakukan perjalanan ke Bangkok untuk menghadiri pertemuan puncak negara-negara Asia Selatan ditambah Myanmar dan Thailand di mana ia akan membahas tanggapan terhadap gempa.
Ini adalah perjalanan luar negeri yang langka bagi pemimpin Myanmar. Situasi ini juga menunjukkan perubahan kebijakan regional yang selama ini tidak mengundang para pemimpin junta ke acara-acara besar setelah kudeta 2021.
Baca Juga:
Ratusan Umat Muslim Myanmar Meninggal di Mesjid Akibat Gempa Berkekuatan 7,7 Magnitudo
Situasi di Myanmar sendiri semakin parah. Ratusan orang yang putus asa berebut untuk mendapatkan bantuan makanan di Sagaing, kota yang paling dekat dengan episentrum gempa bumi, dengan beberapa orang berlarian di tengah jalan.
Relawan tampak membagikan air, beras, minyak goreng, dan perlengkapan dasar lainnya kepada penduduk yang meminta bantuan. Warga mengaku khawatir tak mendapat makanan.
"Saya belum pernah mengantre untuk mendapatkan makanan seperti ini sebelumnya. Saya tidak bisa mengungkapkan betapa khawatirnya saya. Saya tidak tahu harus berkata apa," kata seorang warga, Cho Cho Mar (35) sambil menggendong bayinya dan menggenggam bungkus kopi instan serta obat nyamuk.
Baca Juga:
Picu Gempa Myanmar 7,7 Manitudo, Apa Itu Sesar Sagaing?
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan satu dari tiga rumah di Sagaing telah runtuh. Sementara, penduduk setempat mengeluhkan kurangnya bantuan selama 5 hari usai gempa.
Aye Thi Kar (63), seorang kepala sekolah untuk biarawati, mengatakan persediaan makanan menipis. Tetapi, dia mengatakan tempat berteduh merupakan prioritas yang lebih besar bersama dengan kelambu untuk mengusir nyamuk di tengah teriknya panas tropis.
Banyak orang telah tidur di jalanan sejak gempa terjadi karena tidak dapat kembali ke bangunan yang rusak atau takut akan gempa susulan.