WahanaNews.co | Menteri pertahanan rezim Kim Jong-un, Kang Sun-nam, menyatakan bahwa kemunculan kapal selam nuklir Amerika Serikat (AS) yang membawa 154 rudal Tomahawk di Semenanjung Korea telah menjadi alasan bagi Korea Utara (Korut) untuk mempertimbangkan serangan nuklir.
Pertengahan pekan ini, Korea Utara juga menembakkan dua rudal balistik ke arah timur, menimbulkan kekhawatiran di wilayah tersebut.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Kemunculan kapal selam rudal balistik bertenaga nuklir, USS Kentucky (SSBN-737), di sebuah pelabuhan di Busan, Korea Selatan, untuk pertama kalinya dalam empat dekade, menyebabkan reaksi dari pihak Korut.
Kang Sun-nam menegaskan bahwa visibilitas pengerahan kapal selam nuklir dan aset strategis lainnya AS dapat memicu penggunaan senjata nuklir sesuai dengan undang-undang DPRK tentang kebijakan kekuatan nuklir.
Ancaman ini menandai peningkatan ketegangan antara Korut dan AS sejak sepuluh hari sebelumnya, ketika Korut menuduh pesawat Angkatan Udara AS melanggar wilayah udaranya di atas Laut Timur beberapa kali.
Baca Juga:
Krisis Kelahiran di Korut: Pemerintah Penjarakan Dokter Aborsi dan Sita Alat Kontrasepsi
Pemerintahan Presiden Joe Biden menegaskan komitmen AS untuk berkonsultasi dengan Korea Selatan tentang kemungkinan penggunaan senjata nuklir di Semenanjung Korea sesuai dengan kebijakan deklaratif Peninjauan Postur Nuklir AS.
Meskipun ancaman Kang Sun-nam tampak sesuai dengan doktrin nuklir Korut yang memungkinkan penggunaan nuklir dalam situasi tertentu, beberapa analis mempertanyakan manfaat sebenarnya dari kapal selam nuklir AS di pelabuhan Korea Selatan sebagai potensi ancaman langsung bagi Korut.
Beberapa percaya bahwa pernyataan tersebut lebih sebagai upaya pencegahan untuk mencegah penempatan lebih banyak aset strategis AS di Semenanjung Korea.