“Melissa sangat, sangat berbahaya,” ujar Akshay Deoras, ilmuwan riset di Pusat Nasional Ilmu Atmosfer Inggris, Universitas Reading.
“Karena bergerak lambat, badai ini bisa menurunkan curah hujan dalam jumlah besar selama berjam-jam, yang meningkatkan risiko banjir dan tanah longsor,” tambahnya.
Baca Juga:
Siklon Tropis, Ledakan Energi Laut yang Berpotensi Jadi Badai
Hingga Senin malam, otoritas di berbagai negara Karibia melaporkan sedikitnya enam korban jiwa akibat dampak langsung badai tersebut.
Pemerintah Jamaika telah mengeluarkan status siaga nasional, mempersiapkan tempat evakuasi, dan menyiagakan seluruh aparat tanggap darurat menghadapi kemungkinan terburuk dalam sejarah negeri itu.
Badan meteorologi memperingatkan bahwa sejumlah wilayah Jamaika dapat menerima curah hujan ekstrem hingga satu meter dalam waktu relatif singkat.
Baca Juga:
Gas Rumah Kaca Melonjak, Indonesia Hadapi Ancaman Hujan Ekstrem dan Badai Tropis
Para ilmuwan menilai kekuatan luar biasa Melissa tidak lepas dari dua penyebab utama.
Pertama, suhu permukaan laut di kawasan Karibia tercatat meningkat dua hingga tiga derajat di atas rata-rata normal. Kedua, badai tropis memperoleh energinya dari lapisan air laut yang hangat tersebut.
Kombinasi kedua faktor itu menciptakan “bahan bakar” tambahan yang membuat Melissa berkembang pesat dalam waktu singkat.