Namun, nama Charles--berasal dari kata Jerman Kuno yaitu Karl yang berarti manusia bebas--secara historis dianggap membawa sial oleh beberapa anggota kerajaan.
Charles I adalah satu-satunya raja Inggris yang diadili secara terbuka dan dieksekusi karena pengkhianatan. Ia berkuasa pada 27 Maret 1625 sampai eksekusinya pada 30 Januari 1649.
Baca Juga:
Terbongkar! Pangeran Andrew Berusaha Keras Gagalkan Raja Charles III Bertahta
Kemudian, Charles II--dikenal sebagai Merry Monarch--menghabiskan bertahun-tahun di pengasingan, memiliki 13 anak tidak sah, dan banyak gundik termasuk Nell Gwyn. Pemerintahannya juga diwarnai wabah dan Kebakaran Besar London.
Raja Charles II berkuasa pada 1660 hingga meninggal tanggal 6 Februari 1685.
Ratu Elizabeth II wafat pada Kamis (8/9/2022) dalam usia 96 tahun. Ia merupakan penguasa terlama di Kerajaan Inggris selama 70 tahun.
Baca Juga:
Riwayat Camilla, Selingkuhan yang Akhirnya Jadi Permaisuri Inggris
Nama raja/ratu baru secara tradisional diumumkan di Dewan Aksesi, yang berlangsung sesegera mungkin di Istana St James di London pada hari-hari setelah kematian seorang penguasa.
Meski begitu, Perdana Menteri Inggris Liz Truss sudah menyebut nama Raja Charles III dalam pidatonya di luar Downing Street setelah Ratu Elizabeth II wafat.
"Hari ini Mahkota diserahkan, seperti yang telah terjadi selama lebih dari 1.000 tahun, kepada raja baru kita, kepala negara baru kita, Yang Mulia Raja Charles III," ujar Truss.