Secara paralel, jalur diplomatik tetap dijajaki. Thailand mengajukan protes resmi ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menuding pelanggaran hukum internasional oleh Kamboja.
Sebaliknya, Phnom Penh mendorong penyelesaian melalui Mahkamah Internasional (ICJ) dan mengusulkan investigasi bersama untuk menelusuri asal muasal ranjau yang menjadi pemicu.
Baca Juga:
Thailand Luncurkan Serangan Udara ke Kamboja Setelah Warganya Terluka Akibat Roket
Namun hingga kini, batas wilayah yang disengketakan tetap bergolak. Pemerintah Thailand menutup empat pos pemeriksaan dan dua situs benteng dekat Prasat Ta Muen Thom dan Ta Krabey untuk waktu yang belum ditentukan.
Pasukan militer juga ditempatkan dalam status siaga tinggi.
Kedua belah pihak terus melempar tudingan sebagai pemicu konflik. Thailand menuduh Kamboja lebih dahulu menembakkan drone dan artileri, sedangkan Phnom Penh mengklaim hanya melakukan pertahanan atas provokasi Thailand.
Baca Juga:
Malfungsi di Langit Iran, Jet Tempur Israel Hampir Mendarat Darurat
Konflik ini tidak hanya menjadi mimpi buruk bagi warga perbatasan, tetapi juga memperbesar risiko ketidakstabilan regional di Asia Tenggara.
Banyak pihak khawatir, jika tidak dikendalikan, ketegangan ini dapat menyeret negara-negara tetangga ke dalam krisis yang lebih luas.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.