The Guardian memperkirakan Program Tempest akan berbiaya US$ 29 miliar atau setara Rp 434 triliun.
Pada 2020, Forbes membuat estimasi biaya untuk Program F3 pada angka US$48 miliar.
Baca Juga:
Ranpur Amfibi hingga MLRS Vampire, Korps Marinir Uji Kesiapan SGS 2025
Dalam kasus F3, itu ekuivalen dengan nilai anggaran pertahanan Jepang selama setahun.
Tempest dikembangkan oleh BAE Systems, dengan dukungan dari Leonardo asal Italia dan mesin dari Rolls-Royce.
Program F3 dipimpin Mitsubishi Heavy Industrie dan dukungan antara lain dari Lockheed Martin.
Baca Juga:
Indo Defence 2025 Digelar, Presiden Prabowo Soroti Peran Generasi Muda di Industri Pertahanan
Laporan The Guardian menyatakan kedua negara akan bekerja sama dengan erat.
Laporan dari Reuters yang mengungkap lebih jauh, mengklaim kalau Jepang dan Inggris sudah dekat untuk menyatukan dua program mereka itu untuk membangun satu desain pesawat, dengan perbedaan minor untuk setiap negara.
Meski kerjasama seperti itu dimungkinkan, komplikasi bisa saja terjadi: Jepang ingin sebuah jet tempur yang dioptimasi untuk menyerang jet tempur lain, sedangkan Inggris lebih menginginkan sebuah pesawat dengan kemampuan serangan udara-ke-udara dan udara-ke-darat yang sama baiknya.