WAHANANEWS.CO, Jakarta - Ketegangan menggelegak di Asia Selatan kini mencapai titik didih. Dunia menyaksikan dengan cemas saat dua negara bersenjata nuklir, India dan Pakistan, berdiri di tepi jurang konfrontasi militer besar-besaran.
Bukan sekadar adu kata, bahkanperang bisa pecah dalam hitungan jam.
Baca Juga:
Donald Trump Sebut Ingin Gantikan Paus Fransiskus
Pemerintah Pakistan mengeluarkan peringatan mengejutkan: India disebut-sebut tengah bersiap melancarkan serangan militer dalam kurun waktu 24 hingga 36 jam.
Klaim ini bersumber dari "informasi intelijen yang sangat dapat dipercaya", yang menurut Islamabad mengindikasikan bahwa New Delhi tengah mempersiapkan aksi militer dengan dalih palsu terkait keterlibatan Pakistan dalam serangan maut di Kashmir.
Menteri Informasi Pakistan, Attaullah Tarar, menyampaikan peringatan tersebut pada hari Rabu melalui unggahan dramatis di platform X (dulu Twitter).
Baca Juga:
Aman atau Berisiko? Ini Dampak Konsumsi Kopi terhadap Kesehatan Ginjal
Dalam pernyataannya, Tarar menuduh India memanfaatkan tragedi berdarah pada 22 April di Pahalgam sebagai alasan yang direkayasa untuk melancarkan agresi.
Serangan tersebut terjadi di kawasan wisata terkenal di Kashmir yang dikelola India dan menewaskan 26 orang tak berdosa.
Pemerintah India langsung menuding kelompok militan pro-Pakistan sebagai pelaku, tuduhan yang dibantah keras oleh Islamabad.
"Pakistan menegaskan bahwa jika India meluncurkan tindakan militer apa pun, respons kami akan tegas dan langsung," tegas Tarar.
Ia juga memperingatkan bahwa konsekuensi dari eskalasi apapun akan sepenuhnya menjadi tanggung jawab India di mata komunitas internasional.
Sebagai respons awal, India telah mengambil langkah ekstrem: menangguhkan Perjanjian Air Indus, sebuah perjanjian vital yang mengatur pembagian sumber daya air antara kedua negara.
Islamabad mengecam langkah tersebut sebagai tindakan provokatif yang dapat mempercepat jalan menuju perang.
Situasi ini semakin panas karena kedua negara juga menutup perbatasan dan membekukan hubungan diplomatik, memicu kekhawatiran bahwa pertikaian politik bisa segera berubah menjadi konflik bersenjata yang menghancurkan.
Siapa yang Lebih Siap Hadapi Perang Nuklir?
Pertanyaan ini menghantui para analis dan diplomat di seluruh dunia. Baik India maupun Pakistan memiliki persenjataan nuklir yang cukup untuk menghancurkan satu sama lain beberapa kali lipat.
Namun siapa yang benar-benar unggul?
1. Kekuatan Nuklir Seimbang, Tapi India Sedikit di Atas Angin
Laporan terbaru dari The Tribune menyebutkan bahwa India memiliki sekitar 172 hulu ledak nuklir, sementara Pakistan mengikutinya dengan 170.
Perbedaan jumlah ini memang tipis, namun India memiliki keunggulan pada aspek teknologi dan diversifikasi sistem peluncuran, yang membuat kemampuannya untuk melakukan serangan balasan (second-strike) lebih meyakinkan.
India menempatkan fokus besar pada sistem peluncuran laut dan rudal jarak jauh seperti Agni-V, yang mampu menjangkau wilayah mana pun di Asia.
Sementara itu, Pakistan masih berjuang mengembangkan kemampuan peluncuran dari laut.
2. Doktrin Nuklir: India Tahan Diri, Pakistan Lebih Leluasa
India selama ini dikenal dengan doktrin "No First Use"—janji untuk tidak menjadi pihak pertama yang menggunakan senjata nuklir.
Namun, sejak 2019, doktrin ini mulai dipertanyakan, dengan para pejabat India menyebut perlunya fleksibilitas.
Sebaliknya, Pakistan secara terbuka menolak kebijakan NFU. Dengan strategi bernama "Full Spectrum Deterrence", Pakistan membuka kemungkinan penggunaan nuklir bahkan terhadap serangan konvensional besar-besaran.
Strategi ini mencerminkan ketakutan Pakistan terhadap kekuatan militer konvensional India yang lebih unggul.
3. India Unggul di Sistem Peluncuran Nuklir
India memiliki keunggulan signifikan dalam hal kesiapan peluncuran senjata nuklir. Selain rudal balistik jarak jauh, India juga memiliki kapal selam nuklir kelas Arihant, yang menjamin kemampuan menyerang dari laut, bahkan jika basis darat dihancurkan lebih dulu.
Pakistan masih mengandalkan rudal seperti Shaheen-III dengan jangkauan 2.750 km dan belum memiliki armada peluncur laut yang operasional.
Dengan kata lain, dari segi kesiapan teknis dan diversifikasi peluncuran, India jauh lebih siap.
4. Kashmir: Titik Api yang Tak Pernah Padam
Konflik di Kashmir bukan sekadar masalah batas wilayah—ia adalah sumber bara yang terus membara. Serangan 22 April lalu adalah contoh terbaru dari bagaimana wilayah ini terus menjadi pangkal sengketa berdarah antara India dan Pakistan.
New Delhi menuding Islamabad mendalangi serangan itu. Pakistan membantah dan menyerukan investigasi independen.
Namun kedua pihak tampaknya lebih tertarik menyiagakan pasukan dan mengirim sinyal militer ketimbang membuka jalur diplomatik.
India langsung menangguhkan perjanjian air dan meningkatkan pengujian rudal. Pakistan menutup wilayah udaranya untuk penerbangan dari India dan memperingatkan bahwa setiap serangan akan dianggap agresi penuh.
5. Potensi Perang Nuklir: Dunia dalam Bahaya Besar
Jika konflik ini meledak menjadi perang nuklir, dampaknya tidak hanya akan menghancurkan India dan Pakistan, tapi juga mengguncang seluruh dunia.
Studi yang dikutip oleh Wired menyatakan bahwa penggunaan hanya 100 hulu ledak nuklir akan memunculkan asap tebal ke stratosfer, menutupi matahari, dan menyebabkan musim dingin nuklir global.
Panen gagal, rantai pasok runtuh, dan jutaan orang di seluruh dunia bisa mati kelaparan dalam waktu kurang dari setahun.
Inilah sebabnya mengapa setiap langkah, setiap keputusan, dan setiap provokasi di kawasan ini harus dipandang dengan keseriusan tertinggi.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]