WAHANANEWS.CO, Jakarta - Hubungan Brasil dan Amerika Serikat mendadak memburuk setelah Presiden AS Donald Trump mengancam akan memberlakukan tarif impor 50 persen terhadap seluruh produk dari Brasil mulai 1 Agustus.
Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva merespons keras langkah itu, menyebutnya sebagai bentuk arogansi dan intervensi terhadap kedaulatan negaranya.
Baca Juga:
Tesla Babak Belur, Elon Musk Dikepung Tarif Trump dan Embargo China
“Tak ada orang asing yang bisa memerintah presiden ini,” tegas Lula dalam pidatonya di hadapan kaum muda di Goiania, Brasil Tengah, dikutip Minggu (20/7/2025).
Ucapan itu disampaikan merespons langsung surat resmi dari Trump yang dikirim sepekan sebelumnya.
Surat dari Trump yang bertanggal 9 Juli 2025 itu menuduh pemerintah Brasil bersikap tidak adil terhadap Jair Bolsonaro, mantan Presiden Brasil yang saat ini sedang menjalani proses pengadilan atas tuduhan pengkhianatan.
Baca Juga:
China Siap-siap Hantam Negara yang Kompak dengan AS, Begini Ancamannya
Dalam surat itu, Trump menyebut proses hukum terhadap Bolsonaro sebagai “perburuan penyihir” dan menuding Brasil telah merugikan Amerika Serikat dalam hubungan dagang selama ini.
"Brasil punya 201 tahun hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat dan defisit perdagangan sebesar USD410 miliar (sekitar Rp6.675 triliun) dalam 15 tahun. Kami tidak menerima presiden mengirim email dan mengancam tarif 50 persen jika kami tidak membebaskan Bolsonaro,” ujar Lula.
Presiden Brasil itu juga menyinggung kerusuhan di Gedung Capitol pada Januari 2021, yang melibatkan pendukung Trump.
“Kalau Trump tinggal di Brasil dan mencoba lakukan apa yang ia lakukan di Capitol, dia pasti sudah diadili dan mungkin dipenjara,” sindirnya tajam.
Meski demikian, Lula tetap menyuarakan kesiapan untuk berdialog demi meredakan ketegangan.
“Kami akan merespons sebagai negara demokratis. Tidak ada yang diuntungkan dalam perang dagang,” katanya.
Krisis ini semakin memanas setelah Trump mengirim surat terpisah langsung kepada Bolsonaro, menyatakan dukungan penuh sekaligus meminta agar proses hukum terhadapnya dihentikan.
Dalam pernyataannya pada Kamis (17/7/2025), Trump kembali menyerang Brasil dan menyarankan agar pemerintahan Lula “berbalik arah” serta “berhenti menyerang Bolsonaro.”
Hingga Jumat (18/7/2025), belum terlihat tanda-tanda krisis diplomatik ini akan segera reda.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]