Kebencian terhadap Ghafari memuncak dengan pembunuhan
terhadap ayahnya akhir tahun lalu. Sang ayah adalah anggota senior militer
Afghanistan dan Ghafari menduga ia punya musuh di Taliban.
Ketika Taliban kembali menguasai Afghanistan pada pertengahan
Agustus, Ghafari memutuskan sudah waktunya untuk meninggalkan negeri itu.
Baca Juga:
Bio Farma Hibahkan 10 Juta Dosis Vaksin Polio untuk Afghanistan
Pada 18 Agustus, dia menyewa sebuah mobil untuk membawanya
dan keluarganya ke bandara Kabul.
Selama perjalanan, dia bersembunyi di bawah kursi mobil,
merunduk untuk berlindung setiap kali mereka melewati pos pemeriksaan Taliban.
"Ketika kami sampai di gerbang bandara, ada petempur
Taliban di mana-mana," katanya. "Saya bersusah-payah untuk
menyembunyikan diri."
Baca Juga:
Afghanistan Kembali Gempa Bumi Berkekuatan 6,3 Magnitudo
Ghafari berkata ia bersembunyi di bawah kursi mobil dalam
perjalanan ke bandara Kabul. Di bandara, duta besar Turki di Kabul membantu
mereka untuk menumpang pesawat ke Istanbul. Dari sana, mereka terbang ke
Jerman.
"Ketika saya kehilangan ayah saya, [saya pikir saya]
tidak akan pernah merasakan hal yang sama lagi dalam hidup ini," ujarnya. "Tetapi
ketika saya naik pesawat untuk meninggalkan negara saya, itu lebih menyakitkan
daripada kehilangan ayah saya."
Hari jatuhnya Kabul adalah "momen terburuk dalam hidup
saya", katanya.