"Saya tidak akan pernah bisa meredakan rasa sakit di
hati saya. Saya tidak pernah berencana untuk meninggalkan negara saya,"
katanya.
Sekarang dalam keadaan aman di kota Dsseldorf, Jerman,
Ghafari mengakui bahwa ia adalah salah satu yang beruntung seiring situasi di
sekitar bandara Kabul menjadi semakin berbahaya.
Baca Juga:
Bio Farma Hibahkan 10 Juta Dosis Vaksin Polio untuk Afghanistan
Ia berjanji untuk bertemu dengan para politikus dan pemimpin
dunia untuk menarik perhatian pada kehidupan warga Afghanistan di bawah
pemerintahan Taliban.
Ia juga bersedia untuk berbicara dengan Taliban, karena
"kita perlu saling memahami".
"Pasukan asing tidak akan datang untuk membantu kami.
Ini waktunya kami menyelesaikan masalah dengan Taliban. Saya siap mengambil
tanggung jawab ini," katanya.
Baca Juga:
Afghanistan Kembali Gempa Bumi Berkekuatan 6,3 Magnitudo
Namun, ia tetap tidak mempercayai Taliban, terutama dalam
hal hak-hak perempuan.
Terakhir kali mereka berkuasa sebelum 2001, Taliban
memberlakukan versi ultra-konservatif dari hukum Islam, yang mereka jadikan
pembenaran untuk melarang perempuan pergi ke sekolah atau bekerja.
Pekan lalu juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan
perempuan "akan sangat aktif dalam masyarakat namun dalam kerangka
Islam". Tetapi Ghafari skeptis: "Kata-kata mereka tidak pernah sesuai
dengan tindakan mereka."