Jika satelit itu mengalami kegagalan, maka dapat menempatkan militer mana pun pada kerugian taktis yang serius.
China juga memiliki pasukan siber yang diklaim dapat memutus kontak Departemen Pertahanan AS atau Pentagon dengan satelit yang melacak pergerakan musuh di orbit Bumi, serta menyampaikan pesan di antara personel dan memberikan informasi untuk target yang disasar.
Baca Juga:
Hubungan Politik dan Ekonomi Indonesia-China
Tak pelak, Presiden AS, Joe Biden, gundah gulana.
Perang bawah tanah kedua negara ini sedang berlangsung.
Biden harus memutar otak bagaimana menghadapi ancaman nyata yang ditimbulkan China terhadap Angkatan Luar Angkasa AS (US Space Force) di antariksa.
Baca Juga:
CIA Datangi Prabowo di AS, Ada Apa di Balik Pertemuan Misterius dengan Presiden Indonesia?
Di bawah pimpinan bekas anak buah Barack Obama tersebut, AS belum membuat gebrakan untuk menggerakkan Angkatan Luar Angkasa, yang merupakan cabang militer baru warisan Donald Trump.
Biden pun mendulang kritik lantaran US Space Force sangat mahal, kebijakan yang keliru, serta mengarah ke perlombaan senjata baru yang lebih berbahaya.
“Ada kesadaran dari awal bahwa sistem keamanan ruang angkasa kita (AS) cukup rentan. Pemerintahan Biden akan mengeluarkan lebih banyak dana untuk pertahanan di luar angkasa," kata Pejabat Pentagon, Greg Grant.