WahanaNews.co | Ukraina membutuhkan persenjataan nuklir yang tangguh untuk memenangkan perang lawan Rusia. Keinginan itu diungkapkan mantan Kepala Dinas Keamanan Ukraina (SBU) Igor Smeshko.
Pernyataan itu muncul seiring ketegangan yang meningkat antara kedua negara karena kekhawatiran Rusia dapat menyerang Ukraina.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Berbicara di program “Red Lines” saluran TV Ukraina 24 pada Rabu (8/12/2021), Igor Smeshko mengkritik apa yang dilihatnya sebagai kurangnya bantuan dari teman-teman Barat negara itu dalam memberikan perlindungan terhadap agresi yang diklaim dari pasukan Rusia.
“Jika kita memiliki persenjataan atom (terbesar) ketiga, senjata nuklir taktis, pasukan lebih dari satu juta orang serta penerbangan yang kuat dan strategis, kita bisa melakukannya tanpa Barat dalam kemampuan pertahanan kita,” ungkap dia.
Mengatasi kekhawatiran dalam beberapa pekan terakhir atas dugaan penumpukan pasukan Rusia di perbatasannya dengan Ukraina, Smeshko mengatakan, “Perang apa pun dimulai jika ada kondisi militer, ekonomi, dan politik-diplomatik untuk itu. Jika kita berbicara tentang kemungkinan Rusia memulai perang skala penuh dengan Kiev hari ini, sayangnya, itu memiliki semua kemungkinan militer dan teknis.”
Baca Juga:
3 Negara Ini Melarang Warganya Tersenyum kepada Orang Lain, Kok Bisa?
Pernyataan dari mantan kepala SBU itu datang di tengah kekhawatiran tentang risiko konflik bersenjata habis-habisan antara pasukan Kiev dan separatis di wilayah Donbass.
Pekan lalu, Sekretaris Pers Kremlin Dmitry Peskov memperingatkan "kemungkinan permusuhan di Ukraina masih tinggi" ketika ditanya tentang kemungkinan perang di wilayah tersebut.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova juga menuduh Kiev secara signifikan memperkuat kekuatan militernya di wilayah yang dilanda perang dengan “menarik peralatan berat dan personel” ke daerah tersebut.
Dia itu melanjutkan dengan mengutip laporan bahwa jumlah pasukan Ukraina di lapangan telah mencapai 125.000 orang, atau setengah dari seluruh tentara negara itu.