WahanaNews.co | Pemerintah Filipina segera menutup operasi 175 perusahaan judi lepas pantai dan mendeportasi 40 ribu pekerja China.
Rencana penutupan disampaikan pejabat Kementerian Kehakiman Filipina pada Senin (26/9) menyusul menjamurnya industri perjudian gelap di negara tersebut.
Baca Juga:
Kasus Judi Online: Bekuk 17 Tersangka Pegawai Komdigi, Polisi Sita Rp 3,1 Miliar
Aktivitas judi ini mulai menjamur di Filipina sejak 2016. Tercatat operator perjudian lepas pantai Filipina, POGO, berhasil mempekerjakan lebih dari 300 ribu pekerja asal Negeri Tirai Bambu tersebut.
Menurut data Kementerian Keuangan Filipina, pemerintah bisa meraup 7,2 miliar peso (US$ 122,21 juta) pada 2020 dan 3,9 miliar peso tahun lalu dari perjudian tersebut. Sementara itu, para ekonom memperkirakan ada pemasukan yang lebih besar dibandingkan dengan laporan tersebut.
Terlebih bila melihat belanja pajak, pengeluaran pekerja dan sewa kantor judi. Namun, pandemi covid-19 dan pajak yang lebih tinggi membuat banyak pekerja China tersebut akhirnya terpaksa beroperasi di tempat lain dengan mendirikan tempat judi ilegal.
Baca Juga:
Kapolri Tegaskan: Bandar Judi Online Ada di Dalam Negeri Kita Tangkap
Inilah yang menimbulkan kekacauan di Filipina. Banyak pembunuhan dan penculikan setelah kejadian tersebut.
"Banyak laporan pembunuhan, penculikan, dan kejahatan lain yang dilakukan oleh warga negara China terhadap sesama warga negara China," kata Juru Bicara Kementerian Kehakiman Jose Dominic Clavano, seperti dikutip dari CNN Business pada Selasa (27/9).
Sementara itu, Kedutaan China di Manila mendukung deportasi dan tindakan keras terhadap kejahatan terkait POGO.