WahanaNews.co | Menteri Pertahanan Israel, Benny Gantz, peringatkan para pemimpin kelompok Jihad Islam yang berbasis di Jalur Gaza.
Gantz mengatakan, mereka semua harus khawatir jika gencatan senjata yang telah disepakati kedua belah pihak dilanggar.
Baca Juga:
Perkumpulan Tahanan Palestina: 61 Jurnalis Ditahan di Penjara Israel Sejak Agresi
“Semua kepala organisasi teroris harus khawatir. Ziad Nakhaleh mengepalai kelompok (Jihad Islam). Dia tidak memiliki jaminan (nyawanya) ke mana pun dia pergi,” ujar Gantz saat diwawancara lembaga penyiaran publik Israel, Kan, Selasa (9/8/2022), dikutip laman Times of Israel.
Nakhaleh adalah sekretaris jenderal Jihad Islam. Sejak pekan lalu, dia berada di Iran untuk melangsungkan pertemuan dengan pendukung utama kelompoknya.
Nakhaleh tak berada di Jalur Gaza saat Israel membombardir wilayah itu pekan lalu.
Baca Juga:
Usai Puluhan Tentara Ogah Balik Perang ke Gaza, Israel Kalang Kabut
Gantz mengatakan, meskipun Hamas berada di luar konfrontasi terbaru, tapi dalam empat pertempuran di Gaza, Israel berada di atas angin dan selalu unggul. “Dan ini tidak akan berubah,” ucapnya.
Pada Senin (8/8/2022) lalu, Dewan Keamanan PBB menggelar pertemuan darurat untuk membahas situasi di Jalur Gaza.
Beberapa anggota menyuarakan keprihatinan atas pertempuran selama tiga hari antara Israel dan kelompok Jihad Islam.
“Gencatan senjata itu rapuh,” kata Utusan PBB untuk Timur Tengah Tor Wennesland lewat tautan video pada awal pertemuan, dikutip laman Al Arabiya.
Israel dan Jihad Islam memang telah menyepakati gencatan senjata pada Ahad (7/8/2022) lalu lewat bantuan mediasi Mesir.
Wennesland memperingatkan, jika pertempuran berlanjut lagi, hal itu akan memiliki konsekuensi yang menghancurkan.
Baik Israel maupun Jihad Islam memiliki hak untuk merespons jika gencatan senjata dilanggar.
Wennesland mengungkapkan, PBB sedang melakukan penilaian terhadap aksi kekerasan.
Menurut dia, sekitar 20 persen dari 1.100 roket yang diluncurkan Jihad Islam tidak mencapai Israel, tapi jatuh di Jalur Gaza.
Sesaat sebelum pertemuan darurat digelar, Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan meminta Dewan Keamanan PBB melimpahkan tanggung jawab penuh pada Jihad Islam.
Dia menuding kelompok tersebut menggunakan warga Gaza sebagai perisai atau tameng dalam pertempuran.
"Harus ada satu hasil dan satu hasil saja, untuk mengutuk (Jihad Islam) atas kejahatan perang gandanya, sambil menempatkan pertanggungjawaban penuh atas pembunuhan warga Palestina yang tidak bersalah di pundak kelompok teror radikal," ucap Erdan di sebuah konferensi pers.
Erdan mengatakan, Jihad Islam menembakkan roket ke warga sipil Israel sambil menggunakan warga Gaza sebagai tameng manusia. “Ini adalah kejahatan perang ganda,” ujarnya.
Sementara itu, Duta Besar Palestina untuk PBB Riyad Mansour mengecam serangan yang dilancarkan Israel ke Jalur Gaza.
Menurutnya, itu adalah sebuah agresi yang tidak dapat dibenarkan. "Berapa banyak lagi anak yang harus kita kubur sampai seseorang berkata cukup sudah cukup?" kata Mansour.
Pertempuran antara Israel dan Jihad Islam yang berbasis di Jalur Gaza pecah pada Jumat (5/8/2022) pekan lalu.
Tel Aviv membombardir situs dan fasilitas Jihad Islam dengan serangan udara. Sebagai balasan, Jihad Islam meluncurkan serangkaian serangan roket ke beberapa wilayah Israel.
Israel mengatakan berhasil menghancurkan puluhan situs dan fasilitas milik Jihad Islam, termasuk pabrik pembuatan senjata dan depot penyimpananya.
Dua komandan Jihad Islam pun turut tewas dalam serangan Israel. Kedua belah pihak menyepakati gencatan senjata pada Ahad lalu dengan bantuan mediasi Mesir.
Pertempuran yang berlangsung selama tiga hari menyebabkan 44 warga Palestina di Jalur Gaza tewas.
Sebanyak 15 di antaranya adalah anak-anak. Sementara korban luka mencapai sedikitnya 360 orang. [rsy]