Mereka menunjuk Mohammad Hassan Akhund sebagai perdana menteri, Abdul Ghani Barradar sebagai wakil perdana menteri, dan Sirajuddin Haqqani sebagai menteri dalam negeri.
Kebanyakan dari sosok yang ditunjuk itu menjadi target sanksi Amerika Serikat dan Perserikatan Bangsa-Bangsa karena keterlibatannya dengan terorisme. Sirajuddin Haqqani bahkan masuk dalam daftar orang paling dicari Biro Investigasi Federal AS (FBI).
Baca Juga:
Taliban Persekusi Ratusan Perempuan Afghanistan
Lebih jauh, Nazary mengatakan bahwa saat Taliban memberontak selama 20 tahun belakangan setelah digulingkan, masyarakat Afghanistan telah berubah menjadi populasi yang jauh lebih muda dengan semangat kebebasan lebih besar.
Dengan demikian, Nazary merasa kini Taliban memaksa orang-orang menerima interpretasi mereka terhadap hukum syariat.
"Perempuan dan laki-laki dengan berani turun ke jalan, tak bersenjata, dan mengatakan kepada (Taliban), 'Tembak kami. Kami tidak peduli. Kami menginginkan kebebasan dan keadilan,'" ujar Nazary.
Baca Juga:
Taliban Larang Anak Perempuan Berusia 10 Tahun untuk Sekolah
Pernyataan Nazary merujuk pada aksi protes yang terjadi di Kabul. Ia mengatakan, aksi itu dipicu oleh seruan pemimpin NRF, Ahmad Massoud, yang meminta warga Afghanistan memulai pemberontakan nasional.
"Anda memiliki populasi yang membenci mereka. Bagaimana Taliban akan memerintah negara seperti ini?" tuturnya.
Seruan Massoud muncul setelah Taliban mengklaim telah menguasai Lembah Panjshir. Massoud membantah klaim itu dan bahwa NRF akan melanjutkan perjuangannya.