Oleh karena itu, kata dia perlu ada yang menerapkan kebijakan yang bertanggung jawab untuk menghindari perang lebih besar dengan menggunakan senjata mematikan.
"Tidak ada yang menginginkan perang, apalagi perang nuklir, yang merupakan ancaman bagi keberadaan peradaban manusia," kata Dmitry Medvedev.
Baca Juga:
China Ancam AS, Minta Segera Kurangi Senjata Nuklir
Dia kemudian menjawab pertanyaan tentang kemungkinan konflik nuklir atau perang antara Rusia dan NATO.
"Dalam pengertian ini, para analis yang mengatakan, mungkin agak sinis, tetapi bagaimanapun, bahwa pengembangan senjata nuklir telah mencegah sejumlah besar konflik di abad 20 dan 21, adalah benar. Ini benar. Faktanya, itulah yang terjadi," tutur Dmitry Medvedev.
Dengan perkembangan situasi antara Rusia dan Ukraina saat ini, dia tidak menampik jika ancaman perang nuklir pasti ada. Namun, Rusia akan bertarung untuk menghindari hal tersebut.
Baca Juga:
Pertemuan Epik Prabowo-Putin: Langkah Besar Menuju Era Baru Nuklir
Akan tetapi, saat NATO dan Barat telah mencampuri urusan di Ukraina, Dmitry Medvedev mengungkapkan bahwa senjata nuklir NATO sudah ditargetkan ke fasilitas di Rusia.
Provokasi ancaman serangan nuklir ini pun membuat Jepang menjadi salah satu negara yang merasa muak.
Pasalnya, serangan bom nuklir di Hiroshima dan Nagasaki pada 6 dan 9 Agustus 1945, menjadi tragedi yang mustahil dapat dihapuskan dari benak pemerintah dan seluruh rakyatnya.
Hal itu menjadi salah satu penyebab mengapa Jepang menjadi pihak paling tersulut emosi ketika Kim Jong Un kembali meluncurkan rudal balistik antarbenua (ICBM), yang dinilai terbesar sejauh ini.