WahanaNews.co, Jakarta - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah membubarkan Kabinet Perang yang terdiri dari enam anggota, setelah mantan Jenderal Benny Gantz mengundurkan diri dari keanggotaan kabinet tersebut.
Netanyahu dilaporkan akan mengadakan konsultasi mengenai konflik di Gaza dengan sekelompok kecil menteri, termasuk Menteri Pertahanan Yoav Gallant dan Menteri Urusan Strategis Ron Dermer yang sebelumnya merupakan bagian dari kabinet perang.
Baca Juga:
Netanyahu Tawarkan Rp79 Miliar untuk Bebaskan Satu Sandera di Gaza
Pengumuman ini disampaikan bersamaan dengan kunjungan utusan khusus AS, Amos Hochstein, ke Yerusalem, yang berupaya meredakan ketegangan di perbatasan yang disengketakan dengan Lebanon.
Israel mengklaim bahwa ketegangan dengan milisi Hizbullah yang didukung Iran telah mendekati konflik yang lebih besar.
Kunjungan Hochstein berlangsung setelah terjadi baku tembak antara Israel dan Hizbullah di perbatasan Israel-Lebanon.
Baca Juga:
KTT Liga Arab dan OKI Sepakati Tekanan Global: Cabut Keanggotaan Israel dari PBB Segera!
Sebelumnya, Reuters melaporkan bahwa militer Israel mengklaim telah menewaskan seorang anggota senior Hizbullah di Selaa, Lebanon Selatan.
Puluhan ribu orang telah dievakuasi dari rumah mereka di kedua sisi Garis Biru yang memisahkan kedua negara. "Situasi saat ini tidak dapat terus berlanjut," kata juru bicara pemerintah David Mencer dalam konferensi pers yang dikutip oleh Reuters pada Selasa (18/6/2024).
Netanyahu telah menghadapi tuntutan dari mitra nasionalis-religius dalam koalisinya, Menteri Keuangan Bezalel Smotrich dan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, untuk dimasukkan ke dalam kabinet perang. Langkah seperti itu akan meningkatkan ketegangan dengan mitra-mitra internasional termasuk Amerika Serikat.
Forum ini dibentuk setelah Gantz bergabung dengan Netanyahu dalam pemerintahan persatuan nasional pada awal perang Gaza di bulan Oktober.
Forum ini juga melibatkan mitra politik Gantz, Gadi Eisenkot, dan Aryeh Deri, kepala partai keagamaan Shas, sebagai pengamat.
Gantz dan Eisenkot keduanya meninggalkan pemerintahan minggu lalu, atas apa yang mereka katakan sebagai kegagalan Netanyahu dalam membentuk strategi untuk perang Gaza.
[Redaktur: Elsya TA]