Pemerintahan baru negara itu, yang baru dipilih pada pekan lalu, telah mengatakan bahwa meningkatkan produksi listrik menjadi salah satu prioritas mereka. Pemerintahan sebelumnya gagal menyepakati solusi permanen akan kelangkaan kronis itu lantaran korupsi yang merajalela.
Dalam foto yang diambil pada 16 Juli 2018 ini tampak dua pembangkit listrik terapung milik perusahaan Turki, Karadeniz Powership Orhan Bey (Karpowership) di utara dan selatan ibu kota Beirut, Lebanon. Pada Jumat (1/10/2021), Karpowership menyatakan telah menghentikan pasokan listriknya ke Lebabon setelah kontrak berakhir. (Sumber: AP Photo/Bilal Hussein, File)
Baca Juga:
Serangan Udara Israel Hancurkan Gedung Kampus Universitas Lebanon di Beirut
Korupsi di sektor listrik telah memperparah krisis ekonomi Lebanon. Akibatnya, lebih dari setengah populasi negara itu yang berjumlah 6 juta jiwa termasuk 1 juta pengungsi Suriah, terjerumus dalam jurang kemiskinan. Data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut, 36 persen rakyat Lebanon hidup dalam kemiskinan ekstrem.
Kini, Lebanon berharap pada pasokan listrik dari Yordania dan pasokan gas alam Mesir ke salah satu pembangkit listrik utamanya.
Pada Jumat, PBB meluncurkan rencana darurat pemberian bantuan penyelamatan jiwa senilai 383 juta dolar AS (atau sekitar Rp5,4 triliun) selama 12 bulan kepada 1,1 juta warga Lebanon yang paling rentan, termasuk pengungsi Suriah dan Palestina.
Baca Juga:
Roket Lebanon Hantam Israel, Harapan Damai Kian Meredup
Koordinator kemanusiaan PBB di Lebanon Najat Rochdi mengatakan, rencana itu mencakup 119 proyek pendidikan, keamanan pangan, kesehataan, nutrisi, air bersih dan sanitasi, perlindungan anak dan perlindungan terhadap kekerasan berbasis gender.
Rencana itu, kata Rochdi, termasuk distribusi makanan dan bantuan uang tunai pada sekitar 500 ribu warga, serta peningkatan akses layanan dokter dan obat-obatan di pusat kesehatan utama bagi sekitar 250.000 warga. [dhn]