WahanaNews.co | Lebih dari 1.300 warga Rusia yang menolak ikut perang di Ukraina ditangkap dalam demonstrasi di kota-kota termasuk Moskwa dan St Petersburg. Seperti dilaporkan Al Jazeera belum lama ini, pernyataan itu disampaikan kelompok pemantau protes independen.
Demonstran turun ke jalan di beberapa kota di Rusia untuk memprotes keputusan Presiden Vladimir Putin untuk memobilisasi sebagian pasukan cadangan di angkatan bersenjata negara itu.
Baca Juga:
Rusia Hujani Drone Ukraina, 77 Pesawat Nirawak Ditembak Jatuh dalam Semalam
Kantor berita Associated Press melaporkan para pengunjuk rasa di Moskwa meneriakkan "Tidak untuk perang!" dan “Hidup untuk anak-anak kita!”.
Di St Petersburg, pengunjuk rasa meneriakkan "Tidak ada mobilisasi!", lapor kantor berita AFP.
“Semua orang takut. Saya untuk perdamaian dan saya tidak ingin harus menembak. Tetapi keluar sekarang sangat berbahaya, jika tidak, akan ada lebih banyak orang,” kata pemrotes Vasily Fedorov, seorang siswa yang mengenakan simbol pasifis di dadanya.
Baca Juga:
Rusia Ancam Tentara Inggris yang Melatih di Ukraina Sebagai Target Sah
“Saya datang untuk mengatakan bahwa saya menentang perang dan mobilisasi,” Oksana Sidorenko, seorang mahasiswa kepada AFP.
“Mengapa mereka memutuskan masa depan saya untuk saya? Saya takut untuk diri saya sendiri, untuk saudara saya,” tambahnya.
Terlepas dari hukum keras Rusia yang melarang kritik terhadap militer dan perang, protes tetap terjadi di seluruh negeri. Lebih dari 1.300 orang Rusia ditangkap dalam demonstrasi anti-perang di 38 kota, menurut kelompok hak asasi manusia independen Rusia OVD-Info.
Kantor berita Rusia Interfax mengutip kementerian dalam negeri yang mengatakan telah membatalkan upaya untuk "mengorganisasi pertemuan yang tidak sah".
Semua demonstrasi dihentikan dan mereka yang melakukan “pelanggaran” ditangkap dan dibawa pergi oleh polisi sambil menunggu penyelidikan dan penuntutan.
Sebelumnya, gerakan anti-perang Gerakan Pemuda Demokratik Vesna menyerukan demonstrasi.
“Kami menyerukan kepada militer Rusia di unit dan di garis depan untuk menolak berpartisipasi dalam ‘operasi khusus’ atau menyerah sesegera mungkin,” kata Vesna dalam banding di situsnya, merujuk pada perang Rusia-Ukraina. [qnt]