UNODC memperkirakan bisnis opium di Myanmar secara total bisa menghasilkan US$2 miliar atau setara Rp29,9 triliun. Angka itu bisa lebih dari tiga persen produk domestik kotor (GDP) Myanmar pada 2021.
Namun, harga pasaran resin opium mengalami kenaikan menjadi sekitar US$280 per kilogram meski ladang opium semakin meluas di Myanmar. Kenaikan tersebut tembus hingga 69 persen dibandingkan tahun lalu.
Baca Juga:
Lokasi Sempat Terdeteksi, 11 Warga Sukabumi Disekap di Wilayah Konflik Myanmar
Harga pasaran opium di Myanmar bahkan lebih tinggi dibandingkan di Afghanistan. Harga opium per kilogram di negara penghasil opium terbesar di dunia itu sekitar US$203 per kilogram.
Ironisnya, kenaikan harga opium tersebut tak berdampak positif bagi para petani karena bahan bakar minyak dan pupuk juga naik drastis.
Harga bahan bakar minyak dan pupuk meroket karena pandemi dan konflik sipil di Myanmar.
Baca Juga:
Imbas Serangan Udara Junta Militer, 11 Warga Myanmar Tewas
Tercatat 40 persen populasi di Myanmar hidup miskin pada 2022. Masalah ekonomi tersebut yang 'memaksa' para pekerja meninggalkan perkotaan dan beralih menjadi petani opium di desa-desa. [rna]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.