"Sembilan negara lain
juga memiliki jumlah orang yang tinggi menghadapi ketidakamanan pangan kritis
ditambah dengan penyebab kelaparan yang memburuk yakni Afghanistan, Burkina
Faso, Republik Afrika Tengah, Kolombia, Kongo, Haiti, Honduras, Sudan dan
Suriah," ungkap laporan itu.
Enam negara telah ditambahkan ke daftar hotspot sejak
laporan badan tersebut pada Maret yakni Chad, Kolombia, Korea Utara, Myanmar,
Kenya dan Nikaragua.
Baca Juga:
Soal Kelaparan-Stunting, Prabowo: Butuh Aksi Nyta Tak Usah Lagi FGD
"Tiga negara lain yang juga menghadapi kerawanan pangan akut
adalah Somalia, Guatemala dan Nigeria, sementara Venezuela tidak dimasukkan
karena kurangnya data terbaru," ungkap laporan itu.
Di Afghanistan, FAO dan WFP mengatakan 3,5 juta orang
diperkirakan menghadapi tingkat kerawanan pangan tertinggi kedua, yang ditandai
dengan kekurangan gizi akut dan kematian, dari Juni hingga November.
Mereka mengatakan penarikan pasukan Amerika Serikat dan NATO
pada awal Agustus dapat menyebabkan meningkatnya kekerasan, tambahan orang
terlantar dan kesulitan dalam mendistribusikan bantuan kemanusiaan.
Baca Juga:
Prabowo Tegaskan Tak Boleh Ada Orang Lapar di RI
Di Korea Utara yang tertutup dan berada di bawah sanksi
keras PBB, badan-badan tersebut mengatakan, "Kekhawatiran meningkat atas
situasi keamanan pangan karena akses yang tegang dan dampak potensial dari
pembatasan perdagangan, yang dapat menyebabkan kesenjangan pangan."
Sementara data "sangat terbatas", mereka
mengatakan angka terbaru dari Biro Pusat Negara dan analisis FAO
"menyoroti defisit bahan pangan yang mengkhawatirkan." [qnt]