Lebih dari 800 orang telah tewas di seluruh
negeri dalam tindakan keras militer brutal terhadap perbedaan pendapat sejak
Februari, menurut kelompok pemantau lokal.
Perekonomian nasional dan sistem perbankan
Myanmar lumpuh sejak perebutan kekuasaan oleh tentara.
Baca Juga:
Bertahan di Rakhine, Etnis Rohingya Seolah Hidup Tanpa Harapan
Mata pencaharian telah hilang setelah
pemogokan dan penutupan pabrik, harga bahan bakar melonjak dan mereka yang
cukup beruntung memiliki tabungan bank menghadapi antrian sepanjang hari untuk
menarik uang tunai mereka.
Pada Selasa (8/6/2021), Palang Merah
mengatakan, pihaknya segera meningkatkan upaya untuk memenuhi kebutuhan
kemanusiaan 236.000 orang di Myanmar, yang sudah terhuyung-huyung dari pandemi Covid-19
sebelum kudeta terjadi.
Pengumuman itu muncul setelah Presiden dari badan
amal tersebut, Peter Maurer, melakukan pertemuan langka dengan pemimpin junta,
Min Aung Hlaing, pekan lalu, dan menyerukan peningkatan akses kemanusiaan ke
negara itu. [qnt]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.