WahanaNews.co | Di
saat banyak warga Afghanistan kabur ke luar negeri, ratusan pengungsi
Afghanistan di Pakistan malah berbondong-bondong pulang, usai Taliban berkuasa.
Baca Juga:
Taliban Persekusi Ratusan Perempuan Afghanistan
Molavi Shaib, misalnya, mengatakan kepada koresponden AFP di
Pakistan bahwa ia ingin kembali ke Afghanistan karena yakin Taliban dapat
membawa stabilitas.
"Kami bermigrasi dari Afghanistan saat banyak
pengeboman dan kesengsaraan saat Muslim dalam masalah. Namun kini,
Alhamdulillah, situasinya sudah normal, jadi kami kembali ke Afghanistan,"
ujar Shaib.
Tak hanya Shaib, ratusan pengungsi Afghanistan lainnya juga
kini mengantre di perbatasan Pakistan agar dapat pulang kampung.
Baca Juga:
Taliban Larang Anak Perempuan Berusia 10 Tahun untuk Sekolah
Di depan pagar pembatas, para pengungsi itu menunggu pasukan
perbatasan Pakistan membuka sekat. Namun, proses penyeberangan kian lama karena
Pakistan memperketat keamanan di sekitar perbatasan akibat peningkatan lalu
lintas di sana.
"Orang ingin kembali, tapi kami belum diizinkan
melintas. Kami minta pemerintah Pakistan mengizinkan kami melintasi perbatasan
karena tak ada perang. Sudah ada perdamaian," ucap pengungsi lainnya,
Muhammad Nabi.
Ia juga bercerita, "Kami sudah membawa semua perkakas
rumah tangga kami. Para perempuan dan anak-anak juga sudah menunggu. Kami ingin
mereka bisa menyeberangi perbatasan."
Sebagaimana dilansir AFP, Pakistan sudah menampung lebih
dari dua juta pengungsi Afghanistan sejak gelombang pertama perang berkecamuk
empat dekade lalu.
Kebanyakan pengungsi Afghanistan itu merasa tak diterima
dengan baik di Pakistan. Di sana, mereka tak punya akses pekerjaan dan sangat
sulit mendapatkan status kewarganegaraan.
Setelah mengecap kepahitan hidup sebagai pengungsi di
Pakistan, mereka menganggap segalanya akan lebih baik di Afghanistan.
"Saya akan kembali ke Ghazni. Sekarang sudah ada perdamaian
dan kami senang dapat kembali ke rumah kami. Lebih baik pulang daripada tinggal
di sini," ucap pengungsi Afghanistan lainnya, Wali Ur Rahman.
Sementara itu, warga yang kini berada di Afghanistan justru
berebut keluar dari negara itu. Ke Pakistan pun tak apa, selama mereka dapat
menghindar dari Taliban.
Mereka trauma karena Taliban menerapkan hukum syariat Islam
yang sangat konservatif ketika berkuasa pada 1996-2001 silam.
Menanggapi fenomena itu, Nabi mengatakan bahwa ia yakin
konflik di Afghanistan sudah berakhir dengan kemenangan Taliban.
"Kami pindah ke Pakistan karena masih ada perang di
Afghanistan. Sekarang, sudah ada perdamaian," katanya. [qnt]