Lebih dari setengah kasus yang telah diidentifikasi terjadi selama situasi pastoral tertentu, terutama dalam konteks pengakuan dosa, kebaktian di altar, dan pendidikan agama di klub dan asosiasi anak-anak.
Melansir Tempo, sebanyak 30 persen pelecehan seksual terjadi di berbagai lembaga, termasuk panti asuhan Katolik, sekolah harian, dan sekolah berasrama.
Baca Juga:
Swiss Kalahkan Hongaria 3-1 di Grup A Euro 2024
Selain mendokumentasikan kasus-kasus pelecehan seksual, para peneliti juga mengamati cara pejabat Gereja menangani kasus-kasus ini dan mencatat bahwa banyak kasus yang "dirahasiakan, ditutupi, atau tidak diambil serius".
Laporan mereka mengkritik berbagai pejabat, termasuk para uskup, karena tidak melakukan lebih banyak untuk membantu para korban. Para pastor yang dituduh melakukan pelecehan ditemukan telah "secara sistematis" dipindahkan ke jabatan lain oleh mereka yang memiliki kekuasaan, kadang-kadang di luar negeri, untuk menghindari penuntutan.
“Mereka mengutamakan kepentingan Gereja Katolik dan para pejabatnya di atas kesejahteraan dan keselamatan umat paroki.”
Baca Juga:
Prestasi Gemilang: Lanny Tria/Ribka Juara Ganda Putri di Swiss Open 2024
Para peneliti menyebut sikap ini sama sekali tak berubah hingga abad ke-21, ketika berbagai skandal pelecehan seksual mulai bermunculan.
“Hasil penyelidikan awal mengkonfirmasi apa yang telah kami amati dan, dan kami masin mengalaminya dalam beberapa kasus,” kata kelompok yang mewakili korban pelecehan seksual dalam sebuah pernyataan menanggapi laporan tersebut.
“Selama beberapa dekade, otoritas Gereja Katolik di Swiss telah menutup-nutupi kejahatan ini, melindungi para pelaku dan reputasi institusi mereka dengan mengorbankan para korban yang dibungkam.”