Albanese menegaskan bahwa aksi penembakan tersebut merupakan bentuk terorisme antisemit yang secara langsung mengancam nilai toleransi, kebersamaan, dan rasa aman masyarakat Australia.
Dalam penanganan insiden itu, aparat kepolisian menembak mati dua tersangka yang diketahui memiliki hubungan keluarga, yakni ayah dan anak.
Baca Juga:
Senpi Macet Ditemukan saat Penangkapan Sopir Taksi Online Pelaku Pemerkosaan
Hingga saat ini, sebanyak 25 korban masih menjalani perawatan intensif di sejumlah rumah sakit.
Dari jumlah tersebut, 10 orang dilaporkan berada dalam kondisi kritis, termasuk beberapa anak-anak serta dua anggota kepolisian yang mengalami luka serius saat menjalankan tugas.
Pemerintah Australia juga mengungkap bahwa badan intelijen negara tersebut sempat melakukan penyelidikan terhadap tersangka yang lebih muda pada 2019, terkait dugaan keterkaitan dengan jaringan ekstremis.
Baca Juga:
Misteri 8 Tahun Terkuak, 10 Senjata Api Hilang Polda NTT Akhirnya Ditemukan
Namun, pada saat itu tidak ditemukan indikasi ancaman kekerasan berkelanjutan.
Selain membatasi jumlah senjata yang boleh dimiliki, pemerintah mengusulkan kebijakan baru yang mensyaratkan kepemilikan senjata api hanya bagi warga negara Australia.
Pemerintah juga berencana memanfaatkan data intelijen kriminal sebagai bagian dari proses seleksi dan pemberian izin kepemilikan senjata, guna memperketat pengawasan dan mencegah tragedi serupa terulang di masa depan.