Untuk mengobati bocah tersebut, petugas medis menggunakan jarum untuk menusuk penis agar sebagian darah bisa mengalir.
Tetapi, cara itu tidak berhasil dan terlalu menyakitkan untuk anak-anak. Pasien pun di anastesi untuk melakukan upaya lainnya, hingga penisnya kembali melemas.
Baca Juga:
4 Negara Ini Diduga Pasok Senjata ke KKB Papua
Namun, beberapa jam kemudian pasien kembali mengalami priapismus berulang. Tapi kali ini tidak merasakan sakit sama sekali.
Para dokter pun mengatasi pasien dengan cara lain, yaitu dengan mengompres penisnya dengan es dan kompresi pada perineum yang merupakan area kulit antara alat kelamin dan anus. Tapi, tiga hari kemudian anak laki-laki itu kembali lagi ke rumah sakit dengan keluhan yang sama.
Dikutip dari The Sun, pasien ini akhirnya dirujuk ke spesialis untuk memastikan penyebab priapisme yang terus berulang ini. Setelah diteliti, pasien ternyata terinfeksi COVID-19 tujuh minggu sebelum kejadian.
Baca Juga:
2 Siswa Indonesia Kenalkan Mesin Pengolah Tempe di Austria
Kemudian ia pun kembali positif COVID-19 saat berada di rumah sakit, yang menunjukkan bahwa pasien itu kembali tertular lagi.
Melihat kondisi pasiennya itu, para petugas medis mengatakan bahwa tidak ada penyebab lain yang masuk akan yang bisa memicu kondisi priapisme itu selain COVID-19.
"Priapisme didefinisikan sebagai ereksi penis yang tidak terkait dengan minat atau rangsangan seksual yang berlangsung lebih dari empat jam," tulis Stephan Brönimann dan rekan di Universitas Kedokteran Wina dan tim.