"Kami mengendalikan masyarakat," kata kepala juru bicara militer, Laksamana Daniel Hagari, seraya menambahkan bahwa mungkin masih ada "teroris" di daerah tersebut.
Ketika pasukan Israel berkumpul di selatan, Israel mengatakan pihaknya telah menggagalkan upaya infiltrasi oleh orang-orang bersenjata yang beroperasi dari Lebanon di utara. Sayap bersenjata Jihad Islam Palestina, yang beroperasi di Gaza dan Lebanon, mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Baca Juga:
Trump Minta Gaza ‘Dikosongkan’, PBB dan Dunia Arab Pasang Badan untuk Palestina
Sebagai tanda betapa mudahnya konflik menjadi tidak terkendali, Israel menanggapi upaya infiltrasi tersebut dengan melakukan serangan helikopter di wilayah Lebanon, yang dilaporkan telah menewaskan seorang anggota kelompok kuat Hizbullah.
Jika Hizbullah, yang telah berperang dengan Israel hingga menimbulkan dampak yang menghancurkan, terus terlibat dalam perang, Israel dapat berperang di dua front.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan dia telah menginstruksikan militer untuk mengepung Gaza, sebuah kata yang jarang diucapkan di depan umum oleh pejabat Israel.
Baca Juga:
Presiden Trump Konfirmasi Bom Seberat 2.000 pon Dalam Perjalanan Menuju Israel
"Saya telah memerintahkan pengepungan total di Jalur Gaza. Tidak akan ada listrik, tidak ada makanan, tidak ada air, tidak ada bahan bakar, semuanya ditutup," kata Gallant. "Kami memerangi manusia dan hewan dan kami bertindak sesuai dengan hal tersebut."
Belum jelas apakah Mesir, yang berbagi perbatasan selatan dengan Gaza, akan tetap membuka jalur darat. Penduduk Gaza memerlukan izin untuk memasuki Mesir, yang terkadang membutuhkan waktu berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu untuk mendapatkan persetujuan.
Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, mengutuk serangan Hamas sebagai "tindakan teror" dan mengatakan dia "sangat tertekan" dengan rencana pemerintah Israel untuk melakukan "pengepungan total".