Ia menambahkan bahwa Taiwan sudah menyadari risiko tersebut dan telah memasukkan skenario serupa dalam latihan militer sebelumnya.
"Taiwan harus terus menggelar latihan mempertahankan bandara dan kawasan urban datar, memastikan pelatihan Rusia ini tidak memberi keuntungan bagi PLA," katanya.
Baca Juga:
Inilah Perbedaan Sertifikat Tanah Elektronik dan Fisik, Wajib Tahu Sebelum Mengurus
Di sisi lain, kekhawatiran Washington terhadap rencana China atas Taiwan makin kuat. Pejabat AS percaya Presiden Xi Jinping telah menginstruksikan militernya agar siap melakukan operasi terhadap Taiwan pada 2027.
Sejalan dengan itu, Beijing meningkatkan produksi alutsista untuk menghadapi invasi maritim terbesar sejak pendaratan Sekutu di Normandia pada 1944.
Meski China berulang kali menyatakan sikap netral dalam perang Rusia-Ukraina yang sudah berlangsung 43 bulan, Barat menuduh Beijing justru membantu Moskow dengan pembelian energi fosil dan ekspor barang-barang ganda (dual-use).
Baca Juga:
Pengusaha Jan Hwa Diana Tak Hanya Tahan Ijazah, juga Akta Lahir-Buku Nikah Karyawan
Sekjen NATO Mark Rutte bahkan memperingatkan pada Juli lalu bahwa Rusia bisa memanfaatkan hubungan erat dengan China untuk membuat aliansi 32 negara itu sibuk jika Xi benar-benar memutuskan langkah militer terhadap Taiwan.
William Yang, analis senior di Crisis Group, menilai laporan RUSI memperkuat dugaan lama bahwa kerja sama pertahanan Beijing-Moskow jauh lebih dalam daripada yang diakui.
"Ini membuktikan kedua pemerintah mencari cara spesifik untuk saling melengkapi," ujarnya.