Bagi Kremlin, kesepakatan ini bukan hanya keuntungan ekonomi, tapi juga sarana "mengunci" hubungan bilateral dengan China.
Para penulis laporan RUSI, Oleksandr Danylyuk dan Jack Watling, menegaskan bahwa selama ini Rusia berhati-hati mengekspor teknologi militernya ke China karena khawatir akan pencurian hak cipta. Namun kini, Moskow makin melihat potensi invasi Taiwan sebagai jalan untuk memperkuat posisinya di hadapan Beijing.
Baca Juga:
Inilah Perbedaan Sertifikat Tanah Elektronik dan Fisik, Wajib Tahu Sebelum Mengurus
"Rusia bisa menjadi pemasok bahan mentah vital sekaligus kapasitas industri militer," tulis mereka.
Di Taipei, Kementerian Luar Negeri Taiwan menegaskan pihaknya memantau secara serius perkembangan tersebut. "Kami akan terus mengawasi... dan menyiapkan semua langkah balasan yang diperlukan untuk menjamin perdamaian di Selat Taiwan dan stabilitas kawasan," kata Chen Yongbo, pejabat senior kementerian, dalam pernyataan yang dibagikan kepada Newsweek.
Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, kembali menegaskan sikap Beijing bahwa Taiwan adalah bagian dari negaranya.
Baca Juga:
Pengusaha Jan Hwa Diana Tak Hanya Tahan Ijazah, juga Akta Lahir-Buku Nikah Karyawan
"Masa depan Taiwan terletak pada reunifikasi dengan China. Tidak ada yang bisa menghentikan reunifikasi itu," ujarnya dalam konferensi pers rutin, Senin (1/10/2025).
[Redaktur: Alpredo Gultom]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.