ββIni adalah lokasi strategis. Kami tidak hanya mempertahankan kota, tapi juga semua teritorial di belakangnya,ββ tegas Yevheni Velichko, wali kota Voznesensk, seperti dikutip BBC.
Mayoritas dari 35 ribu penduduk kota tersebut berbicara dengan bahasa Rusia. Namun, mereka bukan golongan oposisi.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Mereka justru menentang invasi. Perlawanan gila-gilaan itu memukul mundur pasukan Rusia. The Wall Street Journal melaporkan bahwa setidaknya 100 tentara Rusia tewas dan 10 lainnya tertangkap. Pasukan Rusia meninggalkan 30 di antara 43 kendaraan mereka. Termasuk tank, pengangkut personel lapis baja, peluncur roket ganda, dan truk.
Perang masih berlangsung dan Voznesensk belum aman. Saat ini sebagian penduduknya mulai mengungsi.
Sirene tanda bahaya juga kerap meraung di kota tersebut. Hari ini tepat sebulan invasi Rusia ke Ukraina. Negara yang dipimpin Volodymyr Zelensky itu porak-poranda. Kota-kota besar mulai luluh lantak. Namun, mereka masih berusaha bertahan dari gempuran Rusia. Ia mematahkan prediksi negara-negara Barat bahwa Ukraina akan jatuh ke tangan Rusia dalam hitungan hari pascainvasi.
Baca Juga:
Usai Puluhan Tentara Ogah Balik Perang ke Gaza, Israel Kalang Kabut
Kantor HAM PBB (OHCHR) melaporkan, hingga 20 Maret, total ada 925 warga sipil yang meninggal. Sebanyak 75 di antaranya adalah anak-anak. Selain itu, 1.496 orang lainnya luka-luka. Jumlah di lapangan sangat mungkin lebih banyak. Sebab, di beberapa wilayah, tim penyelamat tak bisa mengakses gedung-gedung yang hancur setelah dibom.
Salah satunya gedung teater di Mariupol yang dibom Rusia. Padahal, di dalamnya ada lebih dari seribu perempuan dan anak-anak. Hingga kini, belum ada laporan resmi berapa korban jiwa dari pengeboman tersebut. Menurut sejumlah kesaksian, jenazah tentara dan warga sipil bergeletakan di jalanan kota Mariupol. Tidak ada yang bisa dilakukan karena Rusia menggempur kota itu habis-habisan.
Berdasar data Badan Pengungsi PBB (UNHCR), lebih dari 3,6 juta warga Ukraina telah mengungsi ke negara-negara sekitar. Enam juta orang lainnya mengungsi di kota-kota dalam negeri yang dirasa masih aman.