Selain itu, sebuah perusahaan di Kota Hangzhou, Provinsi Zhejiang telah mendaftarkan merek dagang "Mako Ryuka" dalam klasifikasi produk kosmetik, produk kecantikan, dan parfum.
Kata-kata seperti "Akishinomiya" dan "Kako" telah terdaftar sebagai merek dagang di China, dan beberapa telah dikomersialkan.
Baca Juga:
Kena Senggol Gubernur Jabar, Lucky Hakim Diminta Benahi Indramayu Agar Sebagus Jepang
"Jika produk yang menyandang nama keluarga kekaisaran Jepang dijual di China apa adanya, beberapa konsumen akan salah paham bahwa itu adalah produk resmi keluarga kerajaan dan beberapa konsumen akan membelinya. Jika ini terjadi, itu dapat mempengaruhi citra keluarga kekaisaran Jepang," ungkap Zhou.
Dikabarkan, tren penggunaan nama keluarga kekaisaran Jepang yang juga terkenal di China sebagai nama produk di China kemungkinan akan meningkat di masa mendatang.
"Kemungkinan akan berkembang menjadi masalah diplomatik di masa depan. Saya pikir pemerintah Jepang harus meminta pihak China untuk menanggapi tren penggunaan produk kekaisaran semacam itu di China," paparnya.
Baca Juga:
Gubernur Dedi Mulyadi: Bupati Indramayu Boleh Liburan, Asal Ikuti Aturan
Baru-baru ini, sebuah perusahaan China mengajukan merek dagang "Yuzuru Hanyu" dan "Kimetsu no Yaiba", yang menjadi masalah. Tapi pengajuan tersebut ditolak.
Namun, di masa lalu, nama China seperti "Crayon Shin-chan" dan merek "MUJI" yang dikembangkan oleh Ryohin Keikaku Co., Ltd. di Jepang telah terdaftar sebagai perusahaan China yang tidak terkait dengan perusahaan aslinya di Jepang.
Seorang juru kamera yang sudah lama tinggal di China mengatakan, "orang China sama sekali tidak mempercayai produk mereka sendiri.