Ratusan orang berkumpul di sebuah gereja untuk memanjatkan doa agar perang segera berakhir.
Salah satu warga, George al-Sayegh, menggambarkan Natal tahun ini sebagai momen yang "beraroma kematian dan kehancuran" setelah berminggu-minggu berlindung di Gereja Ortodoks Yunani Saint Porphyrius.
Baca Juga:
Paus Fransiskus Kabulkan Permintaan Mgr. Paskalis Bruno Syukur Tidak Diangkat jadi Kardinal
Hal serupa juga terjadi di Betlehem, tempat kelahiran Yesus di Tepi Barat yang diduduki Israel. Sebagai bentuk solidaritas dengan penderitaan warga Gaza, kota ini memutuskan untuk tidak memasang pohon Natal raksasa atau dekorasi yang megah seperti tahun-tahun sebelumnya.
"Tahun ini kami membatasi kegembiraan kami," ujar Walikota Betlehem, Anton Salman. Meskipun demikian, parade kecil dari kelompok pramuka di Alun-Alun Manger tetap membawa pesan harapan.
Dengan membawa spanduk bertuliskan "Kami menginginkan kehidupan, bukan kematian," mereka menjadi simbol perdamaian di tengah penderitaan.
Baca Juga:
AM Putut Prabantoro: Pemda di Asia Pasifik Perlu Promosikan Perdamaian Demi Peradaban Dunia
Paus Fransiskus juga menyoroti krisis kemanusiaan di Sudan, yang telah dilanda perang saudara selama lebih dari 20 bulan.
Ia mengingatkan dunia tentang ancaman kelaparan yang kini mengancam jutaan jiwa dan mendesak agar konflik diakhiri sesegera mungkin.
Di sisi lain, pesan perdamaian juga datang dari pemimpin dunia lainnya. Presiden AS Joe Biden berbicara tentang pentingnya cinta dan kebebasan, seraya menyampaikan harapan bagi persatuan dan kebaikan dalam perayaan Hanukkah.