WahanaNews.co | Otoritas Hong Kong telah memerintahkan pemusnahan 2.000 hamster dan menghentikan penjualan setelah pekerja toko dan 11 hamster lain positif terinfeksi Covid-19 varian delta.
Berbagai toko hewan peliharaan ditutup dan didesinfeksi di sekitar kota, sementara orang-orang menjelajahi toko di jantung distrik Causeway Bay, Hongkong dengan menggunakan alat pelindung lengkap.
Baca Juga:
Taiwan Bakal Diterjang Topan Koinu dalam Beberapa Hari Ke Depan
Namun, tidak ada bukti apakah hewan peliharaan dapat menginfeksi manusia. Oleh karena itu, Leung Siu-fai Leung, Direktur Departemen Pertanian, Perikanan dan Konservasi Hong Kong mengatakan bahwa para pemilik hewan peliharaan diminta menjaga kebersihan hewan peliharaan mereka, menurut laporan Reuters.
Pemilik hewan peliharaan harus menjaga praktik kebersihan yang baik, termasuk mencuci tangan setelah menyentuh hewan, menangani makanan atau barang lainnya, dan menghindari mencium hewan.
Otoritas Hong Kong juga diketahui telah menguji banyak kelinci dan hewan pengerat chinchilla. Semua binatang tersebut diketahui diimpor dari Belanda, menurut laporan penyiar lokal RTHK. Namun hanya hamster saja yang positif.
Baca Juga:
Saham Asia Melemah Karena Meningkatnya Deflasi di China dan Jepang
Menurut Nikolaus Osterrieder, dekan Jockey Club College of Veterinary Medicine and Life Sciences di City University of Hong Kong, rantai penularan dari manusia ke hewan ke manusia jarang terjadi, namun bisa saja terjadi seperti kasus cerpelai.
"Ini jelas merupakan tindakan drastis tetapi merupakan konsekuensi dari nol Covid (aturan)," katanya tentang langkah Hong Kong. "Hamster sangat rentan terhadap SARS-CoV-2 dan dapat menghasilkan virus dalam jumlah besar."
Pemusnahan Hamster Tuai Protes
Kebijakan untuk memusnahkan hamster menuai protes dari masyarakat, terlebih dari komunitas perlindungan hewan. Perhimpunan Pencegahan Kekejaman terhadap hewan, misalnya, yang menjalankan klinik hewan mendesak pemerintah untuk memikirkan ulang kebijakan tersebut.
"SPCA terkejut dan prihatin atas pengumuman pemerintah baru-baru ini tentang penanganan lebih dari 2.000 hewan kecil, yang tidak mempertimbangkan kesejahteraan hewan dan ikatan manusia-hewan," kata mereka.
Hal yang senada juga disuarakan Kelompok Kesejahteraan global Perlindungan Hewan Dunia yang mengatakan tindakan pemusnahan tersebut terlalu dini.
"Pemusnahan hewan harus selalu menjadi pilihan terakhir dan kami mendorong pemerintah untuk mengeksplorasi opsi lain, seperti karantina, terlebih dahulu," kata kepala penelitian Jan Schmidt-Burbach.
Setelah tiga bulan tanpa transmisi lokal, kasus positif naik di Hong Kong pada awal tahun 2022, memicu pembatasan baru pada penerbangan dan aktivitas di luar rumah. [qnt]