Lukashenko mengatakan bahwa jika garis merah tertentu dilanggar di Ukraina, Putin dapat melanjutkan serangannya terhadap negara itu dengan cara yang lebih buruk daripada yang sudah dia lakukan.
Lukashenko merujuk serangan rudal Putin terhadap infrastruktur Ukraina yang menewaskan warga sipil, menghancurkan jembatan, gedung, dan pembangkit listrik, dan mengatakan jika Putin tersudut, lebih banyak serangan serupa bisa terjadi.
Baca Juga:
WHO Sebut Sebagian Warga Gaza Terpaksa Konsumsi Air Got dan Pakan Ternak
Menurutnya, Rusia memiliki senjata paling modern dan tidak membutuhkan senjata nuklir untuk memenangkan perang.
Namun, Michael Kimmage, profesor dan ketua departemen sejarah Universitas Katolik Amerika, mengatakan kepada Newsweek bahwa Lukashenko adalah sekutu Kremlin, dan pesannya mungkin hanya untuk mengintimidasi.
Kimmage mengatakan pesan itu juga bisa menjadi tanggapan terhadap deklarasi Presiden Joe Biden tentang bagaimana Amerika Serikat akan campur tangan jika diperlukan dan pengumuman Uni Eropa (UE) bahwa mereka akan mendukung serangan langsung terhadap militer Rusia jika perang nuklir diluncurkan.
Baca Juga:
Menlu Bangladesh Minta PBB Ikut Selesaikan Masalah Pengungsi Rohingya
"Ini bukan kecelakaan," kata Kimmage tentang pesan Lukashenko.
"Ini dalam koordinasi yang erat dengan Kremlin."
Kimmage mengatakan pesan itu memiliki dua tujuan: untuk memicu reaksi emosional karena tidak ada lagi yang berhasil dalam perang Rusia melawan Ukraina, dan untuk digunakan terutama untuk konsumsi domestik di Rusia.