WahanaNews.co | Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan keberatan terhadap Finlandia dan Swedia yang berencana untuk bergabung dengan NATO.
Pemerintah Amerika Serikat memberikan tanggapan atas penolakan Turki itu.
Baca Juga:
Erdogan Resmi Dilantik untuk ke-3 Kalinya Jadi Presiden Turki
Dilansir detikcom dari kantor berita AFP, Sabtu (14/5/2022), juru bicara Gedung Putih, Jen Psaki mengatakan bahwa Washington tengah "bekerja untuk mengklarifikasi posisi Turki tersebut".
Psaki menyebut bahwa rencana kedua negara untuk menjadi anggota aliansi militer transatlantik itu telah mendapat "dukungan luas dari negara-negara anggota NATO."
Senada dengan Psaki, juru bicara Pentagon, John Kirby juga mengatakan Amerika Serikat sedang bekerja untuk "lebih memahami" sikap Ankara.
Baca Juga:
Hari Ini Erdogan Akan Dilantik Jadi Presiden Turki
"Turki adalah sekutu NATO yang berharga; itu tidak berubah. Mereka telah terlibat dan membantu dalam mencoba untuk membuat dialog antara Rusia dan Ukraina, dan mereka telah memberikan bantuan ke Ukraina. Jadi tidak ada yang berubah tentang posisi mereka di aliansi NATO," ujar Kirby.
Sebelumnya, Erdogan mengatakan kepada wartawan pada hari Jumat (13/5) bahwa "kami tidak memiliki pendapat positif" tentang kedua negara yang akan bergabung dengan NATO itu. Erdogan menuduh Finlandia dan Swedia menyembunyikan organisasi-organisasi teroris.
"Kami tidak memiliki pendapat positif," kata Erdogan kepada para wartawan di Istanbul pada Jumat (13/5) waktu setempat.
"Negara-negara Skandinavia seperti wisma bagi organisasi-organisasi teror," cetusnya seperti diberitakan kantor berita AFP, Sabtu (14/5/2022).
Turki yang telah lebih dulu menjadi anggota NATO, telah lama menuduh negara-negara Nordik, terutama Swedia yang memiliki komunitas imigran Turki yang kuat, menyembunyikan kelompok ekstremis Kurdi serta para pendukung Fethullah Gulen, ulama ternama Turki yang berbasis di Amerika Serikat, yang diburu Turki karena kudeta yang gagal pada 2016.
Erdogan pun menyinggung "kesalahan" yang dibuat oleh mantan penguasa Turki yang menyetujui keanggotaan Yunani di NATO pada tahun 1952.
"Kami, sebagai Turki, tidak ingin membuat kesalahan kedua dalam masalah ini," katanya.
Diketahui bahwa begitu sebuah negara memutuskan untuk mengajukan keanggotaan NATO, maka 30 anggota aliansi harus setuju dengan suara bulat untuk memperpanjang undangan resmi, yang diikuti kemudian dengan negosiasi keanggotaan. [JP]