Senior Fellow Institut Leimena dan Mantan Utusan Khusus Presiden RI untuk Timur Tengah dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), Prof Alwi Shihab mencontohkan hubungan tidak bersahabat selama berabad-abad antara agama Abrahamik yaitu Yahudi, Nasrani, dan Islam.
Perasaan getir dan permusuhan, diperkuat oleh literatur berupa opini dan fatwa yang diproduksi dalam situasi permusuhan oleh sebagian pemuka agama masing-masing.
Baca Juga:
Sherpa G20 Indonesia Pimpin Perundingan Sebagai Perjalanan Akhir Presidensi G20 Brasil
“Adalah tanggung jawab kolektif para pendidik dan pemuka agama masing-masing untuk introspeksi diri dan berusaha kembali ke sikap dan pandangan yang lebih bersahabat. Tujuan ini tidak mungkin tercapai kecuali melalui pendidikan untuk mengoreksi hal-hal yang merupakan sumber konflik dan permusuhan,” kata Alwi Shihab, Menlu RI tahun 1999-2001 itu.
Senior Fellow University of Washington, Dr Chris Seiple mengatakan, pendidikan lintas iman ibarat membuat gado-gado, bukan melebur bahan menjadi satu tetapi mempertahankan identitas setiap bahan untuk menjadi suatu perpaduan yang lezat.
Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho mengatakan, pendidikan agama berperan penting dalam masyarakat majemuk karena mempengaruhi bagaimana kita melihat dan memperlakukan mereka yang berbeda agama dan kepercayaan. [rin]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.