Asosiasi Tionghoa Malaysia (MCA),
partai komponen Barisan Nasional, mengkritik usulan tersebut.
Presiden MCA, Liow
Tiong Lai, mengatakan bahwa pendirian Low
Yat 2 hanya akan merusak hubungan rasial, dan menggambarkan proposal untuk
mal khusus bumiputera sebagai "pendekatan antagonis".
Baca Juga:
Unggul di Quick Count, PM Belanda dan 4 Kepala Negara Ucapkan Selamat ke Prabowo
MCA menyarankan Ismail Sabri untuk
mendekati masalah dari sudut pandang multi-rasial dan berhenti membuat
pernyataan seperti "pedagang Cina adalah pencatut" dan "Low Yat
2 khusus Melayu".
Rekannya sesama anggota UMNO waktu
itu, Saifuddin Abdullah, juga mengkritik proposal tersebut, dengan mengatakan
bahwa proposal Ismail Sabri tidak akan bermanfaat bagi orang Melayu dan
Malaysia pada umumnya, menunjukkan bahwa memiliki area bisnis di mana pedagang
dipisahkan oleh etnis hanya akan menjadi bumerang.
Pada 8 Desember 2015, Ismail Sabri
meresmikan pembukaan Mal Digital MARA all-Melayu di Medan Mara, Kuala Lumpur.
Baca Juga:
Kasus Korupsi, Mantan PM Malaysia Muhyiddin Yassin Ditangkap
Meski pedagangnya semua orang Melayu,
Ismail menghimbau kepada kaum minoritas untuk mendukung mal tersebut.
Sampai tahun 2020, mal tidak
beroperasi dengan baik.
Mara Digital Mall Kuantan ditutup pada
2018, sementara Mara Digital Mall Johor berhenti beroperasi pada 2019.