Pada September 2010, Perdana Menteri
Malaysia saat itu, Najib Razak, pernah menyebutkan, proyek
Kereta Cepat Kuala Lumpur - Singapura dimulai melalui Program
Transformasi Ekonomi untuk mengubah Malaysia menjadi negara berpenghasilan
tinggi.
Proyek ini pertama kali diumumkan pada
tahun 2013 silam.
Baca Juga:
Harga dan Produksi Belum Stabil, Guru Besar IPB Minta Pemerintah Tahan Ekspor
Proyek kereta cepat dengan lintasan
sepanjang 350 kilometer yang menghubungkan Kuala Lumpur dan Singapura itu
diestimasikan memakan biaya sekitar US$ 17 miliar atau setara dengan Rp 237
triliun (asumsi kurs Rp 13.945 per dolar AS).
Kereta cepat Kuala Lumpur - Singapura
ini awalnya didesain sebagai moda perjalanan alternatif antara dua mesin
ekonomi yang paling dinamis dan berkembang pesat di Asia Tenggara.
Proyek ikonik itu akan mencakup tujuh
stasiun di Bandar Malaysia, Sepang-Putrajaya, Seremban, Melaka, Muar, Batu
Pahat, dan Iskandar Puteri, sebelum mencapai tujuan terakhirnya di
Jurong East, Singapura.
Baca Juga:
Viral! Induk Gajah Dibius Setelah Berjam-jam Menangisi Anak yang Tewas Ditabrak Truk
Konektivitas itu diharapkan bisa
membuat bisnis menjadi lebih produktif dan mengakses pasar yang lebih luas.
Sedangkan publik akan menikmati
pengalaman perjalanan yang lebih baik dengan waktu tempuh lebih pendek, hanya
90 menit dari Kuala Lumpur ke Singapura.
Selain itu,
perjalanan akan nyaman melalui pusat kota dan koneksi tersedia di sepanjang
koridor.