Warga Korea Utara yang tertangkap mencoba membelot menghadapi hukuman berat, termasuk hukuman mati, menurut kelompok hak asasi manusia.
Jumlah pembelot yang tiba di Korea Selatan telah menurun dalam beberapa tahun terakhir karena ketatnya pembatasan penyeberangan perbatasan ke China dan biaya besar yang diperlukan untuk perantara.
Baca Juga:
Bantu Rusia, Terungkap Kim Jong Un Kirim Tentara ke Ukraina
Pada tahun 2023, hanya 196 pembelot Korea Utara yang tiba di Seoul, turun dari 2.700 pada satu dekade lalu. Sebagian besar pembelot baru-baru ini adalah mereka yang sudah lama tinggal di luar negeri, seperti diplomat Ri. Pembelotan besar terakhir yang diketahui adalah oleh Tae Yong-ho, mantan wakil duta besar Korea Utara untuk Inggris, pada tahun 2016.
Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol baru-baru ini menjanjikan dukungan keuangan yang lebih baik bagi para pembelot dan insentif pajak bagi perusahaan yang mempekerjakan mereka.
Korea Utara telah menutup beberapa kedutaannya dalam upaya untuk "menata ulang kapasitas diplomatiknya secara efisien," yang menunjukkan kesulitan yang dihadapi negara tersebut di bawah sanksi internasional.
Baca Juga:
Krisis Kelahiran di Korut: Pemerintah Penjarakan Dokter Aborsi dan Sita Alat Kontrasepsi
Meskipun demikian, Korea Utara masih memiliki kedutaan besar di Kuba, meskipun duta besarnya kembali ke negara asal pada bulan Maret.
[Redaktur: Elsya Tri Ahaddini]
Ikuti update
berita pilihan dan
breaking news WahanaNews.co lewat Grup Telegram "WahanaNews.co News Update" dengan install aplikasi Telegram di ponsel, klik
https://t.me/WahanaNews, lalu join.